Bisnis.com, PEKANBARU — Dimulai dari usaha kecil dengan cara menitipkan ke warung-warung, mie sagu instan asal Kabupaten Kepulauan Meranti Provinsi Riau, dengan merek Boedjang semakin dikenal luas oleh masyarakat tidak hanya di Provinsi Riau dan daerah lainnya di Tanah Air, produk ini naik kelas sampai terbang jauh melintasi benua hingga ke negeri kincir angin Belanda.
Praptini, pemilik usaha mie sagu Boedjang menceritakan perjuangannya merintis usaha mie instan berbahan dasar sagu tersebut sejak 2018 silam.
"Awalnya dari usaha kecil menitipkan mie sagu ke warung-warung. Kemudian sejak pandemi covid-19 di awal 2020, kami melihat ada peluang dengan memanfaatkan media digital mulai dari media sosial dan kami juga mulai buka toko online, sejak saat itulah saya mulai menggunakan merek Mie Sagu Boedjang," ujarnya Jumat (20/1/2023).
Untuk memulai usaha, selain menyiapkan produk yang akan dipasarkan tentunya membutuhkan modal kerja, dan keperluan pendanaan itu sudah didapatkan Praptini dengan dukungan dari Bank BRI, yaitu pinjaman Kredit Usaha Rakyat (KUR).
Mie sagu instan Boedjang dijual dalam kemasan dengan harga Rp15.000 pada awal peluncurannya, dan kini sudah naik ke Rp17.000 untuk di Meranti, dan Rp19.000 untuk di Kota Pekanbaru, Riau.
Dia mengakui perkembangan dunia digital serta ditambah adanya pandemi covid, berdampak besar terhadap bisnis mie sagu instan yang digelutinya. Permintaan datang dari berbagai daerah di luar Kota Selatpanjang, ibukota Kepulauan Meranti seperti dari Pekanbaru, serta kota-kota lainnya di Indonesia.
Baca Juga
Untuk memudahkan pelanggan mendapatkan mie sagu Boedjang di Pekanbaru, pihaknya mulai menyiapkan lokasi penyimpanan stok, serta membuka lapak makan mie sagu siap santap yang berlokasi di Jalan WR Supratman, dekat Polda Riau, Jalan Pattimura Pekanbaru.
Kini setiap bulannya produksi mie sagu Boedjang sudah mencapai 1.000 sampai 1.500 bungkus, dan diyakini angkanya bakal terus menanjak seiring bertambahnya peminat dari masyarakat luas.
Selain mendongkrak produksi, pihaknya juga terus meningkatkan kualitas mie sagu yang dihasilkan. Misalnya dari sebelumnya mie kemasan itu hanya tahan selama 2,5 bulan, kini setelah menggunakan sistem vacum bisa bertahan lebih lama hingga 5 bulan, dan bumbu mienya tetap dipertahankan tanpa bahan pengawet.
Praptini mengakui perkembangan bisnis mie sagu instan itu tidak lepas dari dukungan berbagai pihak, mulai dari Bank BRI, pemda, hingga Roemah BUMN. Dari BRI misalnya, bila ada tamu bank pelat merah itu ke Selatpanjang Meranti, akan selalu dibawa berkunjung dan menyiapkan mie sagu Boedjang sebagai oleh-oleh bagi para tamu yang datang.
Tidak hanya itu, dia juga dilibatkan dalam kegiatan pameran UMKM di Kantor Regional BRI Pekanbaru, dimana setiap pengunjung dari karyawan ikut berbelanja dan merasakan langsung kualitas produk mie sagu instan Boedjang.
Kemudian tahun lalu, dengan dukungan program Roemah BUMN yang juga didukung Bank BRI, Praptini dan mie sagu Boedjang berkesempatan mengikuti pameran produk kuliner Indonesia di negara Belanda, lewat kegiatan Tong-tong Fair. Di sini mie sagu Boedjang serta belasan mitra binaan dari BUMN lainnya dipamerkan dan diperkenalkan kepada masyarakat Belanda.
"Kedepan kami ingin usaha mie sagu Boedjang semakin besar tetapi kami tidak bisa berjalan sendiri, tentu membutuhkan dukungan semua pihak termasuk Bank BRI. Semoga kerjasama yang baik ini terus terjalin di masa mendatang," ungkapnya.
Regional CEO BRI Pekanbaru, Hari Basuki mengatakan pihaknya bakal terus mendorong peningkatan aktivitas perekonomian masyarakat serta nilai sosial dan budaya setempat. Salah satunya adalah termasuk mengembangkan usaha mie sagu asal Kabupaten Kepulauan Meranti yang sudah dikenal luas masyarakat Provinsi Riau.
Bank BRI menurutnya juga akan terus meningkatkan jangkauan inklusi keuangan serta mendorong kemudahan akses finansial masyarakat di wilayah Riau, sehingga dapat berkontribusi dalam meningkatkan perekonomian dan taraf hidup masyarakat yang menjadi wilayah operasional BRI Pekanbaru.
Hari menambahkan sejauh ini Bank BRI Pekanbaru terus tumbuh dengan sehat. Hal itu dibuktikan dengan berbagai pencapaian yang diraih selama periode 1 tahun terakhir.
"Dari sisi aset, saat ini BRI Pekanbaru di atas Rp32 triliun atau tumbuh hampir 10 persen dibandingkan dengan posisi November 2021, lalu dari sisi pinjaman, kami sudah menyalurkan Rp25 triliun. Non performong loan (NPL) kami jaga di kisaran angka 2 persen. Kami berharap di 2023 kami bisa tumbuh sampai 15 persen di segala segmen," pungkasnya.