Bisnis.com, MEDAN - Di Sumatra Utara, ada beberapa kendala yang menjadi fokus perhatian ketika membicarakan go public atau yang lebih dikenal dengan sebutan IPO (Initial Public Offering).
Kepala Bursa Efek Indonesia (BEI) Perwakilan Sumatra Utara M Pintor Nasution sebut ada beberapa hal yang menjadi penyebab lambatnya proses bagi beberapa perusahaan yang telah diedukasi melalui sosialisasi baik secara One On One ataupun Business Meeting.
"Jadi kalau go public ini engga bisa. Kita edukasi mereka tahun ini, (lalu) kita harapkan mereka Listing di tahun depan, itu engga bisa," ujar Pintor kepada Bisnis, Jumat (30/12/2022).
Pintor menyebut waktu yang rata-rata dibutuhkan oleh perusahaan untuk bisa masuk ke bursa saham paling tidak sekitar 5 tahun. Berbeda halnya dengan wilayah pusat seperti Jakarta, yang hanya membutuhka waktu sekitar 1 tahun untuk listing.
Misalnya saja, jelas Pintor, ada sebuah perusahaan yang dimiliki oleh beberapa orang investor. Namun ketika ada satu orang saja yang tidak setuju untuk go public, tentu IPO tidak dapat dilakukan.
"Engga bisa pakai kata-kata forum 2/3 itu kalau di sini. RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) itu harus 100 persen. Karena pemegang saham harus sepakat untuk RUPS. Nah itu yang bikin lama," sambungnya.
Selain itu ada faktor lainnya yang membuat proses IPO bisa berlangsung lama, yaitu melengkapi persyaratan.
Banyak perusahaan yang tidak tahu bahwa persyaratan untuk menuju IPO salah satunya adalah dengan harus memakai akuntan publik.
"Selama ini mereka cuma pakai akuntan biasa. Jadi harus dirapikan semuanya. Dibereskan semuanya. Nah membereskan itu kan engga cepat. Cepat kalau memang dia udah siap dan terbiasa melakukannya. Ada juga yang cuma 2 tahun. Seperti Murni Teguh, cuma 1 tahun. Karena udah terbiasa. Karena dari awal perusahaannya juga sangat bagus. Waktu kita sosialisasipun, ini kami sudah prediksi hanya sebentar kayanya," jelas Pintor lagi.
Sedangkan di tahun 2022 ini, Pintor mengaku banyak perusahaan yang persiapannya belum rapi dari yang sudah disosialisasi. Sehingga ia memprediksi akan butuh waktu bagi mereka untuk listing nantinya.
"Jadi kayanya bakal ada waktu untuk mereka IPO. Itu pun biasanya kita selalu bimbing sih. Kalau ada yang dibutuhkan boleh tanya kita lagi. Sampai mana, udah sejauh mana. Itu yang saya lakukan untuk pendekatan agar bisa IPO perusahaan-perusahaan itu," imbuhnya.
Di sisi lain, sepanjang tahun 2022, Bursa Efek Indonesia Perwakilan Sumatera Utara menyebut sudah ada 3 emiten yang telah berhasil IPO (Initial Public Offering).
Di posisi pertama adalah perusahaan yang bergerak di perkebunan kelapa sawit, PT Sumber Tani Agung dengan kode emiten STAA. Lalu kode emiten MTMH, yakni Murni Teguh, dan terakhir adalah PT Toba Surimi, perusahaan ekspor kepiting dan komoditas seafood berkode emiten CRAB.