Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Karhutla di Sumsel Bergeser dari Lahan Gambut ke Mineral

Kepala BPPIKHL Wilayah Sumatra Ferdian Krisnanto mengatakan dari total 2.702 ha lahan yang terbakar tahun ini, hampir keseluruhannya berada di lahan mineral.
Petugas Manggala Agni Daops Banyuasin berusaha memadamkan Kebakaran Lahan di Desa Sukarame, Pemulutan Barat, Ogan Ilir (OI), Sumatera Selatan, Selasa (28/6/2022). ANTARA FOTO/Nova Wahyudi
Petugas Manggala Agni Daops Banyuasin berusaha memadamkan Kebakaran Lahan di Desa Sukarame, Pemulutan Barat, Ogan Ilir (OI), Sumatera Selatan, Selasa (28/6/2022). ANTARA FOTO/Nova Wahyudi

Bisnis.com, PALEMBANG — Fenomena kebakaran hutan dan lahan di Sumatra Selatan terpantau mengalami pergeseran pada tahun ini dari semula mayoritas di lahan gambut beralih ke lahan mineral.

Hal tersebut berdasarkan catatan Balai Pengendalian Perubahan Iklim dan Kebakaran Hutan dan Lahan (BPPIKHL) Wilayah Sumatera.

Kepala BPPIKHL Wilayah Sumatera Ferdian Krisnanto mengatakan dari total 2.702 hektare lahan yang terbakar tahun ini, hampir keseluruhannya berada di lahan mineral.

“Untuk lahan rawa dan gambut itu hanya sekitar 43 hektar. Sebagian besar itu ada di lahan mineral,” katanya, Kamis (22/9/2022).

Menurut Ferdian, meski tidak sampai menimbulkan bencana asap, namun kebakaran yang terjadi pada tahun ini menjadi yang terluas selama dua tahun terakhir.

Untuk diketahui, total lahan yang terbakar pada 2020 hanya mencapai 1.883 ha. Sementara pada 2021 total lahan yang terbakar mencapai 2.003 ha.

“Kita sudah terbantu dengan panjangnya musim hujan. Persiapan yang dilakukan personel juga sudah lebih baik dari tahun lalu. Tetapi, lahan yang terbakar lebih luas dari tahun sebelumnya," jelasnya.

Dia mengatakan, kebakaran di lahan mineral tidak terfokus di satu titik dengan luasan yang luas. Kebakaran yang terjadi menyebar dengan titik luasan yang kecil.

“Ada satu hektar di titik ini. Lalu satu hektar lagi di titik lain. Luasannya itu sedikit-sedikit, tetapi ketika dikumpulkan jadi banyak,” ujarnya.

Ferdian menjelaskan pembakaran lahan kebanyakan disebabkan pula oleh pembukaan lahan perkebunan oleh masyarakat.

“Seperti di Prabumulih ada yang kami temukan masyarakat yang membakar lahan untuk kebun nanas. Lalu di Kabupaten Pali juga ada untuk peremajaan tanaman karet. Ada juga kebakaran yang berada di lahan konsesi perusahaan,” ujarnya.

Khusus untuk lahan rawa gambut, Ferdian menuturkan, prediksinya akan tetap basah hingga akhir tahun. Sebab, berdasarkan prediksi BMKG, Oktober mendatang sudah masuk musim penghujan.

“Sehingga embung atau kantong gambut itu masih terendam dengan air,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dinda Wulandari
Editor : Ajijah
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper