Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Telur Ayam di Sumbar Rp30.000 per Kg, Pemprov Gandeng Japfa Gelar OP

Harga telur ayam negeri/ras di sejumlah pasar di Kota Padang, Sumatra Barat, mengalami kenaikan yang cukup signifikan selama sepekan ini.
Pedagang telur ayam negeri dan kampung di Pasar Raya Padang, Sumatra Barat./Bisnis-Noli Hendra
Pedagang telur ayam negeri dan kampung di Pasar Raya Padang, Sumatra Barat./Bisnis-Noli Hendra

Bisnis.com, PADANG - Harga telur ayam negeri/ras di sejumlah pasar di Kota Padang, Sumatra Barat, mengalami kenaikan yang cukup signifikan selama sepekan ini.

Berdasarkan hasil pantauan di lapangan, harga telur ayam negeri mencapai Rp30.000 per kilogram. Biasanya harga telur ayam ini di kisaran Rp23.000 per kilogram.

Kepala Bidang Perdagangan Disperindag Sumbar Ridonal menjelaskan kondisi kenaikan harga telur ayam negeri itu tidak hanya terjadi di Sumbar, tapi sudah mengalami kenaikan secara nasional.

"Kondisi ini terjadi secara nasional. Sumbar juga ikut merasakannya. Padahal produksi telur ayam negeri ini sebagian besar berasal dari dalam daerah," katanya ketika dihubungi Bisnis di Padang, Senin (22/8/2022).

Dia mengatakan untuk kondisi harga telur ayam negeri di Sumbar ini terendak ada di harga Rp26.000 per kilogram. Harga itu dinikmati bagi daerah-daerah yang berdekatan dengan daerah memiliki peternakan ayam petelur.

Seperti di Kota Padang, Payakumbuh, Kabupaten Limapuluh Kota, dan Kabupaten Agam. Dari empat daerah itu, hasil produksi telurnya tidak semuanya mengisi pasar di Sumbar, tapi juga turut mengisi pasar ke Provinsi Riau.

"Telur ayam negeri yang di jual di pasar di Sumbar ini, sebagian besar dari produksi dalam daerah. Jadi beda dengan cabai merah, pasar-pasar di Sumbar banyak menjual cabai merah dari Jawa dan Medan," ujarnya.

Kendati telur ayam negeri itu datang dari dalam daerah, dampak kenaikan terluar ayam secara nasional turut dirasakan di Sumbar. Hal tersebut disebabkan kenaikan harga pakan.

"Untuk pakan ternak ini ada datang dari PT Japfa. Untuk perusahaan Japfa ini menyebar di seluruh daerah di Indonesia. Jadi solusi untuk mengendalikan kenaikan harga telur ayam ini, kita akan bertemu dengan pihak Japfa," jelasnya.

Ridonal menyebutkan direncanakan dalam waktu dekat Pemprov Sumbar akan melakukan pertemuan dengan pihak Japfa. Rencana pembahasan nya adalah menggelar operasi pasar (OP) yang nantinya bisa menjual telur ayam lebih murah dari harga pasar.

"Kita harapkan, jika pertemuan itu membuahkan hasil kesepakatan, maka OP akan digelar pada akhir Agustus 2022 ini," tegasnya.

Tidak hanya dari Japfa, Disperindag juga bakal merangkul pihak lain agar OP itu tidak hanya sekedar menjual telur ayam, tapi juga menjual sejumlah bahan pokok lainnya.

Menurutnya dalam kondisi inflasi Sumbar tertinggi kedua di Sumatra dengan angka 8 persen lebih, hal tersebut sangat tidak bagi Sumbar.

Kini dengan adanya kenaikan harga telur, maka perlu dilakukan langkah cepat merespon situasi tersebut, agar inflasi Sumbar pada Agustus 2022 ini bisa lebih baik dari Juli 2022.

"Kita perlu waspada juga menyikapi kondisi harga bahan pokok kini. Jangan sampai inflasi di Sumbar semakin naik. Angka 8 itu sudah sudah bahaya, pertanda tidak baik bagi perekonomian di Sumbar," sebut Ridonal.

Strategi Sumbar ke depan untuk mengendalikan inflasi itu, selain akan menggelar OP pada akhir Agustus 2022 ini. Pada bulan Oktober 2022 mendatang juga akan menggelar bazar dalam rangka HUT Sumbar.

Selain itu Bank Indonesia juga dikabarkan akan turut melakukan bazar di halaman Kantor Gubernur Sumbar. "Untuk BI dari awal telah ada pernyataan bakal gelar bazar. Semoga secepatnya bazar dari BI bisa diselenggarakan," harapnya.

Salah seorang warga di Padang, Yeyen (33) mengeluhkan kondisi harga bahan pokok yang terbilang sulit untuk dijangkau oleh ibu-ibu rumah tangga.

"Harga telur ayamnya mahal sekali. Biasanya saya beli per kg untuk stok di rumah. Tapi melihat harganya yang mencapai Rp30.000 per kg, saya pilih beli per butir saja. Harga nya Rp2.000 per butir," ujarnya.

Menurutnya melihat situasi harga bahan pokok yang banyak naik, membuat kondisi ekonomi keluarga tidak stabil. "Besar pula pengeluaran daripada pemasukan bulanan. Gara-gara harga naik nih. Sementara kondisi upah naik cuma puluhan ribu rupiah per tahun," ungkap Yeyen. (k56)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Noli Hendra
Editor : Ajijah

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper