Bisnis.com, MEDAN - Bursa Efek Indonesia (BEI) melihat potensi besar dalam pengembangan investor saham syariah di Indonesia.
Potensi yang dimaksud yakni tren pertumbuhan investor kalangan milenial, ruang tumbuh hingga komposisi penduduk mayoritas Muslim.
Di samping itu, saat ini akses berinvestasi di Indonesia juga yang semakin mudah dan murah.
Melihat peluang yang tersedia, BEI menargetkan pertumbuhan investor syariah sebesar 30 persen pada 2022. Kemudian, BEI juga berencana menggelar 400 kegiatan edukasi efek syariah pada tahun ini.
"Tahun 2022 BEI menargetkan 30% pertumbuhan investor syariah," ujar Kepala Perwakilan BEI Sumatra Utara Pintor Nasution melalui keterangan tertulis, Jumat (22/4/2022).
Optimisme pertumbuhan di atas juga dipacu oleh lonjakan investor saham syariah BEI mencapai 367 persen kurun lima tahun terakhir.
Berdasar data statistik BEI, jumlah investor saham syariah tercatat sebanyak 23.207 investor pada tahun 2017. Jumlahnya kemudian melonjak jadi 108.345 investor pada akhir Maret 2022.
"Indonesia sebagai salah satu negara dengan penduduk muslim terbanyak di dunia, memiliki potensi besar dalam mengembangkan pasar modal syariah," ujar Pintor.
Pertumbuhan signifikan di atas turut mengantarkan pasar modal syariah Indonesia menjadi The Best Islamic Capital Market of The Year secara berturut-turut selama tiga tahun belakangan. Tepatnya sejak 2019 hingga 2021. Penghargaan ini dianugerahkan oleh Global Islamic Finance Award (GIFA).
Pertumbuhan jumlah investor turut diiringi dengan penambahan jumlah efek syariah yang bisa ditransaksikan di BEI. Kurun 2011-Maret 2022, terjadi penambahan jumlah saham syariah sebesar 102 persen. Tepatnya dari 237 saham menjadi 478 saham.
Sementara reksa dana syariah bertambah 482 persen, yaitu dari 50 menjadi 291 reksa dana syariah. Lalu nilai outstanding sukuk negara naik 556 persen menjadi Rp1.127 triliun dari yang awalnya Rp169 triliun pada tahun 2013 lalu. Sedangkan jumlah sukuk korporasi bertambah 447 persen atau dari 36 menjadi 197.
BEI juga memiliki indikator pergerakan saham-saham syariah dalam bentuk indeks yang menjadi rujukan bagi investor dalam berinvestasi.
Konstituen saham setiap indeks merujuk pada Daftar Efek Syariah (DES) yang diseleksi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) secara berkala, yaitu dua periode dalam satu tahun.
"Pertumbuhan pasar modal syariah Indonesia makin terlihat sejak terbitnya indeks saham syariah di BEI," kata Pintor.
Saat ini, terdapat empat indeks saham syariah yang ada di BEI. Pada tahun 2000 silam, BEI meluncurkan Jakarta Islamic Indeks (JII) sebagai indeks saham syariah pertama.
JII terdiri dari 30 saham syariah yang berkapitalisasi pasar besar, dan paling likuid di BEI. Selang 11 tahun berikutnya, Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) diluncurkan pada tahun 2011. ISSI beranggotakan seluruh saham syariah yang tercatat di BEI.
Pada tahun 2018, BEI kemudian meluncurkan indeks saham syariah baru, yaitu JII70 (Jakarta Islamic Indeks 70). JII70 berisi 70 saham syariah tercatat dengan kapitalisasi pasar besar dan paling likuid di BEI.
Pada 2021 lalu, hadir lagi indeks saham syariah khusus saham BUMN. Indeks saham ini diberi nama IDX-MES BUMN 17, berisi 17 saham BUMN dan afiliasi yang ada di ISSI serta memiliki kapitalisasi pasar besar, likuid, dan memiliki nilai fundamental yang baik.