Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Pupuk Nonsubsidi Melambung, Petani: Kalau Cabai Mahal Pemerintah Jangan Banyak Omong

Karena harga pupuk nonsubsidi yang begitu tinggi, petani terpaksa mengakalinya dengan trik tertentu. Yakni mencampur pupuk dengan air sehingga mengurangi kuota.
Sejumlah petani di Kabupaten Deli Serdang, Sumatra Utara, memupuk tanaman pertanian mereka, Rabu (19/1/2022). /Bisnis-Nanda Fahriza Batubara
Sejumlah petani di Kabupaten Deli Serdang, Sumatra Utara, memupuk tanaman pertanian mereka, Rabu (19/1/2022). /Bisnis-Nanda Fahriza Batubara

Bisnis.com, KARO - Harga pupuk jenis urea dan NPK nonsubsidi di Sumatra Utara mengalami kenaikan drastis mencapai 50 persen.

Sementara itu, penyaluran pupuk subsidi belum efektif dan tidak memenuhi seluruh kebutuhan.

Hal ini menyebabkan para petani menjerit dan terpaksa memutar otak. Seperti yang dialami Kelompok Tani Juma Deleng di Kabupaten Karo, Sumatra Utara.

Karena harga pupuk nonsubsidi yang begitu tinggi, mereka terpaksa mengakalinya dengan trik tertentu. Yakni mencampur pupuk dengan air sehingga mengurangi kuota.

"Harganya (pupuk nonsubsidi) sudah tidak terbeli. Benar-benar mahal sekali sekarang," kata Ketua Kelompok Tani Juma Deleng, Samuel Ginting, kepada Bisnis, Rabu (19/1/2022).

Untuk pupuk jenis urea nonsubsidi, harga di pasaran kini berkisar Rp530.000-Rp550.000 per sak atau 50 kilogram. Sedangkan untuk jenis NPK 16-16-16 mencapai Rp700.000 per sak.

Samuel menjelaskan, Kelompok Tani Juma Deleng kini memiliki 47 orang anggota. Mereka mengelola lahan sekitar seluas 26 hektare untuk ditanami berbagai jenis sayur-mayur.

"Untuk itu, kami berharap kalau harga cabai naik pemerintah jangan banyak omong. Karena seperti inilah, harga pupuk mahal mereka juga tidak ada bantu," kata Samuel.

Dampak dari peningkatan harga pupuk nonsubsidi juga dialami petani di Kabupaten Deli Serdang, Sumatra Utara.

Karena harga pupuk yang melambung tinggi, petani tidak lagi banyak berharap dari keuntungan hasil panen.

"Pendapatan petani gak bisa dibayangkan lagi, apalagi ketika pupuk mahal, harga komoditas pertanian murah," kata seorang petani, Muliono.

Pelaksana Tugas Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Pemprov Sumatra Utara Baharuddin Siregar tidak menampik terjadi kenaikan harga pupuk nonsubsidi yang signifikan belakangan ini.

Menurutnya, hal itu dipicu kebijakan negara importir bahan baku pupuk.

"Ya, ini dampak dari negara-negara yang tidak lagi menjual bahan baku pembuat pupuk seperti kiserit dan potasium," kata Baharuddin kepada Bisnis.

Sejauh ini, pemerintah daerah hanya bisa mendorong penggunaan pupuk organik sebagai alternatif dan solusi di tengah kondisi yang sedang berlangsung.

"Kami mendorong pembuatan pupuk-pupuk organik dan penggunaan dolomit," kata Baharuddin.

Menurut pengamat ekonomi asal Universitas Islam Negeri Sumatra Utara Gunawan Benjamin, harga pupuk non subsidi di Sumatra Utara rata-rata meningkat hingga 50 persen kurun empat bulan terakhir. Sedangkan harga pestisida juga naik hingga 70 persen kurun dua bulan lalu.

Sebelum melambung tinggi, harga pupuk urea non subsidi senilai Rp350.000 per sak. Sedangkan untuk NPK senilai Rp400.000.

Gunawan menjelaskan, peningkatan ini tak lepas dari pengaruh kenaikan harga minyak kelapa sawit atau Crude Palm Oil (CPO).

"Dari hasil observasi di lapangan, peningkatan permintaan pupuk yang signifikan itu datang dari petani sawit," kata Gunawan.

Sejak harga minyak kelapa sawit meningkat drastis pada Kuarta III 2021 lalu, terjadi peningkatan permintaan pupuk oleh para petani sawit.

Akan tetapi, kenaikan harga minyak kelapa sawit tersebut juga memberi dampak negatif terhadap sisi lainnya. Sepertinya peningkatan harga minyak goreng, pupuk hingga pestisida.

Untuk mengatasi lonjakan harga minyak goreng, pemerintah daerah sudah menerapkan skema distribusi tertentu dan juga menggelar pasar murah.

"Nah, selanjutnya kita harus memikirkan dampak kenaikan pupuk non subsidi dan pestisida terhadap harga kebutuhan pangan lainnya yang susah untuk turun," kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Ajijah
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper