Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini UMKM Binaan KPw BI Sumbar yang Berhasil Berinovasi di Tengah Pandemi

Usaha yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Provinsi Sumatra Barat untuk menumbuhkembangkan pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Ranah Minang, sepertinya mampu menunjukkan ketangguhan dalam menjalani kondisi pandemi Covid-19 ini.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatra Barat, Wahyu Purnama A./Bisnis-Noli Hendra
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatra Barat, Wahyu Purnama A./Bisnis-Noli Hendra

Bisnis.com, PADANG - Usaha yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Provinsi Sumatra Barat untuk menumbuhkembangkan pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Ranah Minang, sepertinya mampu menunjukkan ketangguhan dalam menjalani kondisi pandemi Covid-19 ini.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatra Barat, Wahyu Purnama A, mengatakan, dari hasil monitoring yang dilakukan terhadap UMKM binaan KPw BI di 11 daerah di Sumbar, ternyata ada dua UMKM yang mampu bertahan di tengah gempuran melesunya pasar.

11 daerah yang menjadi binaan UMKM KPw BI itu berada di Kabupaten Agam, Pasaman Barat, Limapuluh Kita, Tanah Datar, Kabupaten Solok, dan Kota Padang, Bukittinggi, Payakumbuh, Sawahlunto, Pariaman, Kota Solok, dan Kota Padang Panjang.

"KPw BI ini kita melakukan binaan terhadap UMKM yang tergabung dalam Wirausaha Bank Indonesia (WUBI). Sejauh ini ada 80 UMKM yang dibina, dan ternyata dari yang kita pantau ada dua UMKM yang masih tetap eksis," kata Wahyu di Padang, Jumat (13/11/2020).

Dua UMKM itu adalah UMKM sapi perah dengan nama usaha Serambi Milk yang berada di Kota Padang Panjang, dan UMKM rendang dengan nama usaha Rendang Katuju. Dua UMKM itu merupakan UMKM binaan KPw BI Provinsi Sumbar, yang dinilai berhasil berinovasi untuk dapat bertahan pada situasi pandeni saat ini.

Wahyu menjelaskan untuk UMKM klaster sapi perah, sebelum adanya pandemi ini, susu sapi yang perah itu dijadikan sebagai Pemberian Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMTAS) di Kota Padang Panjang.

Sehingga hasil produksi dari pelaku usaha telah memiliki pasar yang bagus yakni untuk sekolah-sekolah. Namun dikarenakan sekolah libur seiring adanya kebijakan pemerintah yakni Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sebagai upaya menekan penyebaran wabah virus Corona, membuat usaha sapi perah itu jadi terhenti.

"Melihat kondisi seperti itu, kita di BI tidak tinggal diam. Tim KPw BI pun melakukan upaya pembinaan kepada UMKM sapi perah. Dengan harapan pelaku usaha tidak patah semangat, dan nyatanya mereka berhasil bangkit lagi," kata dia.

Hal yang membuat sapi perah itu bisa bangkit kembali, pelaku usaha melakukan inovasi dengan cara menjadikan susu sapi perah itu untuk melahirkan keju mozarella.

Sehingga dengan adanya hal itu, dampak dari pelaksanaan strategi untuk meningkatkan cashflow pada klaster sapi perah mencapai 11 persen di saat kondisi ekonomi sedang melemah akibat penyebaran wabah Covid-19.

"Kita tentunya ikut senang. Karena inovasi itu telah membuat pelaku usaha sapi perah jadi bangkit lagi setelah sempat terhenti akibat adanya PSBB," ujarnya.

Begitu juga dengan usaha rendang. Selain sapi perah yang dinilai berhasil bertahan di tengah pandemi, usaha rendang juga dinilai cukup percaya diri untuk bangkit dari situasi Covid-19 berkat inovasi yang dilakukan.

Namanya Rendang Katuju, dulunya kata Wahyu, di kesempatan coaching kepada Rendang Katuju dan Rendang Gadih oleh Asosiasi Chef Halal Indonesia (ACHI Jakarta). Rendang Katuju mengikuti Indonesia Halal Economy Investment Forum di Dubai dan Jeddah, dan memperoleh komitmen sebagai pemasok rendang untuk kegiatan umrah/haji.

Bahkan telah melakukan MoU dengan pihak Arab Saudi (Syaikh Nabeel) untuk menyediakan 10-15 ton rendang yang diperuntukkan bagi 35 ribu jamaah VIP Asia Tenggara.

"Ketika itu dari pembicaraan berikutnya dengan Kementerian Haji Arab Saudi Rendang Katuju berpeluang memasok 100 ton rendang. Hal itu adalah kabar baik," ujar Wahyu.

Tapi, lagi dan lagi disebabkan oleh Covid-19, sehingga berdampak kepada penundaan haji dan umrah tahun 2020. Akibatnya 10-15 ton rendang itu urung dilakukan.

Kondisi itu ternyata tidak membuat Rendang Katuju harus merasa patah semangat. Rendang Katuju ini pun melakukan perubahan model bisnisnya menjadi Business to Business (B2B) dan memperluas pasar online.

Lalu juga melakukan kerja sama maklon untuk mengisi kapasitas utilisasi dan melanjutkan pembicaraan dengan buyer Saudi untuk memanfaatkan momen pembukaan umrah.

"Sekarang umroh telah dibuka lagi. Semoga upaya Rendang Katuju bisa melanjutkan rencana awal dengan buyer Saudi itu," harapnya.

Dengan adanya inovasi yang dilakukan oleh Rendang Katuju itu, omzet pun tercatat meningkat dari pantauan yang dilakukan KPw BI Sumbar.

Dari Rp562 juta atau sebanyak 2.500 kilogram rendang yang dijual terhitung dari Januari - September 2019, dan berkat adanya inovasi itu omzet naik dengan jumlah Rp1,41 miliar atau ada sebanyak 4.700 kilogram rendang yang berhasil di jual Januari - September 2020.

"Artinya kenaikan omzet di tengah pandemi ini mencapai 150,89 persen (yoy)," ungkapnya.

Wahyu menyebutkan inovasi yang dilakukan oleh dua UMKM itu juga turut melakukan berbagai upaya optimalisasi yakni dengan cara memanfaatkan teknologi digital, inovasi produk dan strategi marketing, kerja sama pemanfaatan kapasitas tak terpakai, dan pendampingan berkelanjutan.

Melihat kondisi yang demikian, Wahyu juga menyebutkan penting bagi UMKM untuk melakukan inovasi agar bisa tetap survive di tengah pandemi Covid-19 ini.

Langkah-langkah yang bisa dilakukan itu, KPwBI mengarahkan UMKM untuk memanfaatkan relaksasi dari pemerintah dan otoritas, antara lain melalui restrukturisasi kredit yang diperoleh dari lembaga keuangan.

Lalu mengarahkan UMKM untuk menggunakan pembayaran nontunai serta memasarkan produk melalui penjualan online, baik melalui medsos maupun marketplace.

Selain KPw BI Sumbar menilai juga perlu untuk memfasilitasi dan edukasi kepada UMKM binaan untuk memanfaatkan platform e-commerce lokal Sumbar yaitu Bajojo.id untuk memasarkan produk sesuai kebutuhan masyarakat Sumbar.

Serta untuk pendataan terhadap UMKM binaan yang memanfaatkan relaksasi juga hal yang perlu dilakukan.

"Kita di BI tentunya berharap UMKM kembali bangkit. Setidaknya sejak dari sekarang dan untuk mempersiapkan datangnya tahun 2021, para pelaku usaha telah memikirkan cara yang akan dilakukan untuk ekonomi bangkit di tahun 2021 mendatang," harap Wahyu. (k56)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Noli Hendra
Editor : Ajijah
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper