Bisnis.com, MEDAN - Volume ekspor karet asal Sumatra Utara diperkirakan membaik atau tumbuh 5% pada 2020, setelah tertekan pada 2019.
Sekretaris Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumatra Utara Edy Irwansyah mengatakan pada awal tahun harga karet alam cenderung naik dipicu kenaikan kenaikan harga minyak mentah.
Kenaikan harga minyak mentah ikut mengerek harga karet sintetis. Hal ini terjadi karena minyak mentah merupakan bahan baku utama pembuatan karet sintetis. Seperti diketahui, karet sintetis menjadi bahan substitusi utama karet alam.
Adapun, kata Edy, volume ekspor pada tahun ini bakal dipengaruhi oleh fluktuasi harga minyak mentah, serta pertumbuhan ekonomi konsumen utama seperti China, AS, Jepang, India.
Dia memproyeksikan volume ekspor karet Sumut tumbuh sekitar 5% pada 2020. Jika melihat realisasi volume ekspor 2019 sebesar 410.072 ton, maka volume ekspor pada tahun ini diperkirakan sekitar 430.575 ton.
“Kalau asumsinya terpenuhi, akan ada perbaikan volume ekspor,” katanya kepada Bisnis pada Senin (13/1/2020).
Meski tahun ini volumenya diperkirakan bertumbuh, tetapi angkanya masih lebih rendah dari realisasi volume ekspor pada 2018 sebesar 456.536 ton.
Sebelumnya, data ekspor karet anggota Gapkindo Sumatra Utara mencatat volume ekspor karet sepanjang Januari-Desember 2019 sebesar 410.072 ton. Volume ekspor sepanjang tahun lalu itu, menyusut 46.464 ton atau 10,18% dibandingkan dengan volume ekspor 2018 sebesar 456.536 ton.
Volume ekspor pada 2019 juga masih lebih rendah dari volume pada 2016 sebesar 421.670 ton dan pada 2017 sebesar 512.725 ton.
Sejumlah faktor memengaruhi penurunan volume ekspor tersebut. Pertama, melemahnya permintaan dari konsumen utama terutama China. China adalah konsumen nomor satu dunia yang saat ini konsumsinya lebih dari 5,5 juta ton per tahun. Melemahnya permintaan ini cermin dari melemahnya pertumbuhan ekonomi China menjadi 6,5% dari 6,6% pada 2018.
Kedua, belum baiknya harga karet dan adanya wabah jamur Pestalotiopsis sp yang mengakibatkan produksi dari karet berkurang. Rendahnya harga karet mengakibatkan petani kurang bergairah mengusahakan kebun karetnya. Petani memilih alih profesi dan mengkonversi tanamannya. Adanya wabah jamur Pestalotiopsis mengakibatkan gugur daun sekunder pada sebagian perkebunan karet yang berdampak pada penurunan produksi.
Ketiga, selama April-Juli, eksportir Sumatra Utara turut menjalankan pembatasan ekspor lebih dari 10%. Dasar pelaksanaan pembatasan ini adalah Surat Keputusan Menteri Perdagangan No. 779 Tahun 2019 tentang Pelaksanaan Agreed Export Tonnage Scheme (AETS) ke-6 untuk komoditi karet alam.
Dalam keputusan ini, Menteri Perdagangan menugaskan Gapkindo sebagai pelaksana Agreed Export Tonnage Scheme keenam untuk komoditi karet alam.