Bisnis.com, PALEMBANG – Nilai ekspor karet Sumatra Selatan tercatat anjlok 26,76% sepanjang 2018 dibandingkan tahun sebelumnya yang dipengaruhi penurunan harga komoditas tersebut di pasar global.
Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatra Selatan (Sumsel), nilai ekspor karet mencapai US$1,51 miliar pada 2018 atau lebih rendah dari tahun sebelumnya yang mencapai U$2,06 miliar.
Ketua Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) Sumsel Alex K. Eddy mengatakan penurunan harga karet sangat berdampak pada penerimaan devisa dari komoditas itu.
“Kami berharap adanya peningkatan harga luar negeri pada tahun ini yang bisa mendongkrak devisa buat daerah [penghasil],” paparnya kepada Bisnis.com, Senin (21/1/2019).
Alex menjelaskan harga rata-rata karet pada 2017 adalah senilai US$1,65 per kilogram (g), dengan kurs Rp13.326 per dolar AS. Sementara itu, harga rata-rata pada 2018 adalah US$1,34 per kg dengan kurs Rp14.177 per dolar AS.
Secara volume, terjadi penurunan dari 1,24 juta ton pada 2017 menjadi 1,08 juta ton pada tahun lalu.
“Peningkatan harga di luar negeri bisa merangsang semangat petani untuk menyadap lebih banyak, sehingga jumlah yang diekspor bisa meningkat,” lanjut Alex.
Sementara itu, Kepala BPS Sumsel Endang Tri Wahyuningsih menerangkan karet masih menjadi komoditas yang menduduki peringkat pertama dalam nilai ekspor nonmigas Sumsel.
“Meski terjadi penurunan nilai ekspor, tapi karet masih nomor satu, masih menjadi andalan Sumsel,” tuturnya.
Ekspor nonmigas Sumsel juga ditopang komoditas bubur kayu (pulp), batu bara, minyak kelapa sawit, kayu atau produk kayu, dan kelapa.
China, Malaysia, dan India menjadi negara tujuan utama ekspor Sumsel pada periode Januari-Desember 2018.
Sementara itu, secara umum, ekspor Sumsel pada 2018 mencapai US$4,38 miliar atau naik tipis 9,06% dibandingkan pada tahun sebelumnya yang senilai US$4,01 miliar.
Nilai Ekspor Karet Sumsel Anjlok 26,76% pada 2018
Nilai ekspor karet Sumatra Selatan tercatat anjlok 26,76% sepanjang 2018 dibandingkan tahun sebelumnya yang dipengaruhi penurunan harga komoditas tersebut di pasar global.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Dinda Wulandari
Editor : Annisa Margrit
Konten Premium