Bisnis.com, MEDAN – Presiden Joko Widodo didampingi Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso meluncurkan program Bank Wakaf Mikro (BWM) Pondok Pesantren Mawaridussalam di Deli Serdang, Sumatera Utara, yang diharapkan dapat membantu perekonomian masyarakat sekitar.
Peluncuran BWM tersebut merupakan bagian dari rangkaian kunjungan kerja Presiden ke Sumut pada Senin (8/10/2018). Program BWM yang berlokasi di Pondok Pesantren Mawaridussalam, Desa Tumpatan Nibung, Kecamatan Batang Kuis, itu merupakan yang pertama kalinya diresmikan di Sumut serta yang ke-33 secara nasional.
Menurut Jokowi, program tersebut dilatarbelakangi kesulitan akses layanan keuangan yang dihadapi para pelaku usaha kecil atau yang hendak memulai usahanya, terutama dari kalangan pondok pesantren.
“Akses umat terutama lingkungan pondok pesantren untuk masuk ke bank atau lembaga keuangan itu tidak mudah, padahal umat memerlukan akses keuangan untuk mendapatkan modal kerja atau investasi. Administrasinya rumit, agunan harus ada. Ini yang menjadi keluhan setiap saya masuk ke pondok pesantren,” tuturnya.
Dia mengatakan pendirian Bank Wakaf Mikro yang gencar dilakukan dalam setahun terakhir merupakan terobosan baru dalam meningkatkan partisipasi masyarakat yang memiliki pendapatan lebih untuk bisa mendonasikan sebagian hartanya untuk membantu masyarakat yang tidak mampu.
Program itu diharapkan menjadi solusi dalam penyediaan akses permodalan bagi masyarakat menengah ke bawah yang belum tersentuh lembaga keuangan formal sekaligus mendukung jiwa wirausaha para pelaku usaha kecil dan menengah di lingkungan pondok pesantren.
Baca Juga
Hingga September 2018, OJK telah memfasilitasi 32 Bank Wakaf Mikro yang tersebar di 21 wilayah. Total penyaluran pembiayaan yang diberikan mencapai Rp7,51 miliar kepada 6.764 orang nasabah.
Program BWM selama ini masih tersebar di Pulau Jawa seperti di Serang, Lebak, Cirebon, Bandung, Ciamis, Kudus, Yogyakarta, Surabaya, Jombang, Klaten, dan Kediri.
Wimboh menuturkan program tersebut akan terus dikembangkan ke berbagai daerah sebagai upaya meningkatkan inklusi keuangan nasional.
“Tentunya program ini akan terus diperbanyakan karena salah satu tujuanya memberikan akses keuangan kepada masyarakat yang tidak bisa mengakses lembaga keuangan formal, yakni yang tidak memiliki izin apapun, uang atau syarat lainnya yang perlu untuk mengakses lembaga keuangan formal,” katanya.
Adapun, skema pembiayaan melalui BWM adalah pembiayaan tanpa agunan dengan nilai maksimal Rp3 juta dan margin bagi hasil yang dikenakan setara 3% per tahun. Dalam skema pembiayaan tersebut, juga disedikan pendampingan bagi kelompok.
Pondok Pesantren Mawaridussalam dipilih lantaran memiiliki potensi pengembangan UKM yang cukup besar. Pasalnya terdapat masyarakat yang berprofesi sebagai petani, pedagang kecil, dan kuli bangunan di daerah tersebut. Selain itu, lokasinya yang dekat dengan Bandara Kualanamu juga memudahkan akses dalam membantu pengembangan ekonomi dan usaha masyarakat sekitar.
Wimboh menjelaskan, ada beberapa inovasi pengembangan BWM yang dilakukan OJK, antara lain pembiayaan bank wakaf mikro untuk klaster utama mikro yang diujicobakan kepada lebih dari 2.000 pembatik di Yogyakarta.
Selain itu, ada juga kerja sama BWM dengan BUMDes dalam pemasaran produk-produk nasabah yang akan diujicobakan dengan pemerintah Bondowoso. Terakhir, pendirian BWM dengan basis kerja sama dengan pemerintah Bondowoso dan komunitas serta perguruan tinggi.