Bisnis.com, PALEMBANG – Bank Indonesia Perwakilan Bangka Belitung menilai pemerintah daerah setempat perlu meningkatkan sektor pertanian yang seringkali berpengaruh signifikan terhadap inflasi di provinsi itu.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Babel, Tantan Heroika, mengatakan inflasi Babel diupayakan akan berada di dalam kisaran target yang ditentukan pemerintah sebesar 3,5±1% (yoy).
“Program peningkatan sektor pertanian yang sudah dicanangkan oleh pemerintah daerah diharapkan dapat mendukung pengendalian inflasi pangan baik melalui intensifikasi maupun ekstensifikasi pertanian,” katanya dalam siaran pers, Senin (26/2/2018).
Menurut dia, komoditas pertanian seringkali memberikan andil kepada inflasi di Babel pada posisi bulan Desember 2017, kelompok inflasi bahan makanan memiliki bobot tertinggi dari 5 kelompok inflasi yaitu sebesar 28%.
Adapun kelompok bahan pertanian seperti cabai rawit, cabai merah, beras dan hortikultura masuk di dalam kelompok bahan makanan. Secara historis, inflasi dari kelompok ini juga sering mengalami gejolak yang tinggi.
“Tercatat standar deviasi inflasi bahan pangan dalam periode 3 tahun (Desember 2015 – Desember 2017) adalah sebesar 1,96%, dimana angka tersebut adalah yang tertinggi dari standar deviasi kelompok lainnya,” ujarnya.
Tantan mengatakan Babel sebetulnya memiliki potensi yang baik dalam pengembangan sektor pertanian.
Tercatat lahan pertanian di Bangka Belitung seluas 1.186,65 kilometer persegi dari total luas wilayah daratan Bangka Belitung 16.424,23 km persegi .
Namun demikian, kata dia, salah satu kendala dalam pengembangan sektor pertanian di Bangka Belitung adalah kondisi tanah di Bangka Belitung yang memiliki tingkat keasaman yang cukup tinggi dan unsur hara yang rendah di beberapa lokasi eks tambang.
“Kendala tersebut dapat ditanggulangi melalui berbagai metode pengolahan lahan pertanian, salah satunya adalah melalui integrasi pertanian dan peternakan yang diharapkan dapat meningkatkan unsur hara pertanian,” ujarnya.
Bank sentral menilai ada sejumlah cara yang bisa dilakukan untuk memperbaiki dan mengoptimalkan subsektor pertanian itu.
Program-program tersebut, seperti pemberdayaan petani, penyediaan sarana prasarana pertanian yang memadai, pemanfaatan asuransi pertanian, pembiayaan dan keuangan inklusif kepada petani, optimalisasi cadangan pangan dan tempat pelelangan pangan, pengembangan jaringan informasi harga untuk mengatasi asymetric information serta pengembangan industri nilai tambah pertanian.
“Melalui optimalisasi subsektor pertanian ini diharapkan dapat mendukung baik pertumbuhan ekonomi, terjaganya stabilitas inflasi serta peningkatan kesejahteraan petani,” ujarnya.