Bisnis.com, PADANG—Bank Indonesia mengkaji skema asuransi bagi komoditas pertanian bawang merah yang kerap kali menjadi penyebab inflasi, sehingga dengan asuransi bisa menjamin petani mempertahankan produksinya.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sumatra Barat Endy Dwi Tjahjono skema asuransi untuk komoditas pokok yang berperan besar menyebabkan inflasi seperti bawang merah, cabai merah dan komoditas lainnya sangat diperlukan.
“Kami melihat ini [asuransi bawang merah] sangat penting. Tujuannya agar petani punya jaminan, sehingga produksinya jadi terjaga,” katanya, Selasa (13/2/2018).
Endy mengatakan konsep asuransi untuk tanaman bawang merah bisa disamakan dengan asuransi pada tanaman padi, namun disesuaikan, sehingga semua pihak mendapatkan keuntungan dari skema yang akan diterapkan.
Menurutnya, BI Sumbar tengah merumuskan skema asuransi untuk komoditas bawang merah, sebab Sumbar merupakan salah satu sentra produksi komoditas tersebut di Sumatra. Namun, sayangnya harga bawang di pasar sangat berfluktuasi dan membuat petani enggan bercocok tanam.
Harga bawang merah yang sangat tidak stabil, imbuhnya, menjadi penyebab petani cenderung lebih suka menanam di saat harga mahal saja. Apalagi, biaya yang dikeluarkan petani untuk memodali tanaman bawang juga cukup tinggi.
“Jadi petani sering kecewanya di situ [naik turun harga]. Kalau ada arusansi kan jadi ada jaminan produknya diserap pasar,” katanya.
Dia mengatakan komoditi bawang merah adalah salah satu penyebab utama inflasi Sumbar dari kelompok volatile food atau kelompok bergejolak, selain cabai merah dan beras. Padahal, produksi bawang merah Sumbar diklaim sudah melebihi kebutuhan masyarakat setempat.
Adapun, Pemprov Sumbar menargetkan produksi bawang merah mancapai 200.000 ton tahun ini guna memenuhi kebutuhan pasar.
“Bawang merah ini prioritas karena harganya sangat berfluktuasi, makanya kami lakukan penambahan luas tanam,” kata Candra, Kepala Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Sumbar.
Menurutnya, luas tanam bawang merah di daerah itu berkisar 8.000 hektare dengan produktivitas lahan mencapai 7 ton per hektare per tahun.
Pemda setempat berencana menambah areal tanam bawang merah sekitar 1.500 – 2.000 hektare di sejumlah daerah, sehingga ditarget mampu memenuhi kekurangan produk di pasaran.
Adapun, daerah penghasil bawang merah di Sumbar adalah Kabupaten Solok, Solok Selatan, Tanah Datar, Kota Solok, Agam, Pesisir Selatan, Padang Pariaman, Sijunjung, Dharmasraya, dan Limapuluh Kota.