Bisnis.com, PALEMBANG – Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Sumatra Selatan (Sumsel) kembali melakukan pemasangan 1 unit GPS Collar kepada kelompok Gajah Sumatra (Elephas Maximus Sumtranus) ke-3.
Pemasangan itu dilakukan pada gajah jenis kelamin betina usia sekitar 25 tahun dengan berat 2.782 kilogram yang berada pada kelompok berjumlah 13 ekor di Kantong Habitat Sugihan-Simpang Heran Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI).
Sebelumnya, pemasangan GPS Collar telah dilakukan pada dua kelompok gajah yaitu kelompok Meilani (berjumlah 34 ekor), dan kelompok Meissi (berjumlah 14 ekor).
Kepala BKSDA Sumsel Ujang Wisnu Barata menjelaskan bahwa kantong habitat Sugihan-Simpang Heran memiliki luas bekisar 632 ribu hektare, yang didalamnya telah disepakati delineasi koridor gajah liar pada 2022 dengan luas sekitar 232 ribu hektar.
“Koridor tersebut didelineasi atas dasar pertimbangan jejak kehadiran dan hasil monitoring berkala. Kemudian menjadi fokus manajemen habitat dan populasi melalui berbagai kegiatan terintegrasi yaitu pengkayaan pakan gajah, pembuatan artificial saltlick, pengaturan komoditi tanaman, pembuatan barrier fisik atau vegetasi serta monitoring populasi,” kata Ujang, Senin (15/5/2023).
Hal itu, kata Wisnu, agar lebih menjamin penyediaan ruang hidup dan habitat yang cukup dalam menopang kehidupan gajah liar sehingga interaksi negatif gajah liar di wilayah masyarakat dapat dikendalikan.
Dengan pemasangan GPS Collar ini diharapkan dapat membantu dalam memahami prinsip berbagi ruang hidup antara manusia dan gajah, serta merumuskan strategi aksi konservasi yang efektif.
Kepala Seksi Konservasi Wilayah III Balai KSDA Sumsel, Sugito menambahkan bahwa kegiatan ini merupakan upaya memahami pola pergerakan gajah melalui pemanfaatan teknologi satelit Inmarsat dalam selang waktu.
Hal itu guna mewujudkan prinsip koeksistensi antara aktivitas manusia dan hidupan gajah liar di kantong habitat gajah Sugihan - Simpang Heran sebagai kantong populasi gajah sumatera terbesar di Provinsi Sumsel.
Sementara itu, Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati, Spesies dan Genetik, Indra Exploitasia menyatakan bahwa upaya ini merupakan bentuk asistensi melekat BKSDA Sumsel kepada mitra pemegang PBPH yang arealnya terdapat satwa liar dilindungi, dalam menjalankan kewajibannya.
“Pemasangan ini merupakan bagian dari manajemen konservasi insitu. Kegiatan ini bertujuan selain untuk melakukan pemantauan dan monitoring pergerakan gajah juga sekaligus sebagai mitigasi interaksi negatif yang menyebabkan konflik satwa gajah dengan manusia,” jelasnya.
Indra juga berharap kegiatan ini menjadi wadah kolaborasi antar pihak dalam melakukan konservasi insitu satwa gajah di habitat alamnya sehingga tercipta harmoni hidup berdampingan manusia dan satwa gajah.