Bisnis.com, MEDAN - Bank Pembangunan Daerah Sumatra Utara Bank Sumut mencatatkan ragam pencapaian selama kuartal 1 di tahun 2023.
Direktur Keuangan dan Teknologi Informasi PT Bank Sumut Arieta Arianti menyampaikan hal tersebut dalam Public Expose Kinerja PT Bank Sumut Triwulan I 2023 di Cambridge Hotel, Medan, Rabu (12/4/2023).
Dalam paparannya, Arieta menyebut Bank Sumut berhasil mempertahankan aset yang berjumlah Rp41 triliun. Angka tersebut mengalami peningkatan sebesar 0,4 persen atau setara dengan Rp16 miliar.
Di sisi aset ini, Bank Sumut berhasil menduduki posisi ke 6 dari seluruh Bank Pembangunan Daerah (BPD) di seluruh Indonesia. Meskipun, capaian tersebut mengalami penurunan tipis dari yang sebelumnya berhasil merebut posisi ke 5.
"(Penurunan peringkat) Ini lebih karena utilisasi anggran di tahun kemaren yang cukup besar. Sehingga itu mempengaruhi dana pihak ketiga (DPK) yang pada akhirnya mempengaruhi total aset kita. Namun secara umum, total aset kita bertumbuh," terangnya.
Dari sisi kredit, secara year on year (yoy) performa kredit Bank Sumut meningkat 11,1 persen atau setara dengan Rp2,836 triliun dan menurut Direktur yang akrab disapa Eta ini, hal tersebut merupakan capaian yang cukup menggembirakan bagi Bank Sumut.
Dikarenakan posisi Bank Sumut menempati posisi ke-5 dari seluruh BPD se Indonesia, yaitu dengan mencatatkan total kredit dan pembiayaan sebesar Rp27,3 triliun.
Dan dari sisi komposisi, kredit produktif Bank Sumut juga berhasil bertumbuh, walaupun kredit konsumsi masih mendominasi. Begitu pun, hal ini diklaim Eta juga sejalan dengan komitmen Bank Sumut untuk menumbuhkan kredit produktifnya.
"Per Maret kita sudah berhasil mencapai komposisi di 45 persen (kredit produktif), yang sebelumnya di tahun lalu itu masih ada di 40 persen," sebut Eta.
Selain itu, Eta menyampaikan bahwa Bank Sumut selalu berkomitmen untuk mencapai taget penyaluran kredit usaha rakyat (KUR) yang secara yor per Maret 2022 lalu berjumlah Rp1,3 triliun. Sehingga outstanding pembiayaan KUR pun meningkat pula.
"Tahun ini dengan target Rp1,5 triliun, kita upayakan untuk bisa kita capai. Dengan demikian outstanding KUR di Maret 2023 dibandingkan Maret tahun 2022, ini juga cukup besar pertumbuhannya sebesar 42,9 persen, sekarang ada di Rp1,9 triliun," jelasnya.
Kemudian dari sisi dana pihak ketiga (DPK), Eta mengatakan Bank Sumut sedikit memgalami penurunan yang relative flat, yaitu 0,95 persen.
Pada Maret tahun 2022, angka DPK Bank Sumut mencatatkan perlolehan angka Rp34 triliun. Namun sayangnya di Maret tahun 2023, tercatat penurunan tipis di kisaran angka Rp33,7 triliun.
Meski begitu, dengan kondisi perkembang digitalisasi Bank Sumut, Eta optimis Bank Sumut sudah memiliki strategi untuk meningkatkan pertumbuhan casa.
Kalau dilihat dari casa, komposisi DPK dari tabungan meningkat 2 persen, deposito masih mendominasi dengan 12,9 persen pertumbuhannya, dan giro menurun 19,4 persen yoy.
Secaara umum, penurunan di DPK dinilai Eta dipicu oleh adanya penurunan giro. Sedangkan dari sisi deposannya, ritail masih mendominasi dengan perolehan angka 42 persen, pemerintah 34 persen dan korporasi 24 persen.
"Ini sejalan dengan rencana kita juga untuk menumbuhkan basis dana murah, yaitu casa dengan segmentasi retail," tambahannya.
Dari sisi laba, jika dibandingkan dengan Maret tahun lalu, Eta mengatakan Bank Sumut kita ingin mencapai laba sejumlah Rp811 miliar hingga akhir tahun 2023. Kabat baiknya, hingga kuartal I ini, laba yang diperoleh sudah mencapai Rp204 miliar.
"Ini bisa dilihat dari segi kinerja keuangan Bank Sumut tetap konsisten dan kita on track untuk mencapai target akhir tahun di Rp811 miliar. Achievement juga jauh ya diatas, yaitu 122 persen," ucap Eta.
Lalu dari sisi rasio, loan to deposit Ratio (LDR) Bank Sumut mencapai 84,46 persen yang dalam artian capaian tersebut cukup sehat dengan batas secara regulasi di 84-94 persen.
"Jadi Penetrasi kita untuk pembiayaan yang ditopang oleh DPK, menunjukkkan tingkat rasio yang sehat," sambung Eta lagi.
Dari permodalan, ada pula Capital Adequacy Ratio (CAR), atau rasio kecukupan modal yang ada di angka 21,15 persen. Namun jika dibanding tahun lalu, capaian itu sedikit meningkat dengan return yang totalnya 18,98 persen, dan akhir tahun lalu kita tutup return dengan 17, 24 persen. Sedangkan return on aset (ROA), posisinya tercatat berada di 2,40 persen.
Eta menjelaskan bahwa rasio profitabilitas Bank Sumut ditunjukkan melalui NIM (Net Interest Margin) dan BOPO (Biaya Operasi Pendapatan Operasi). Bopo dari sisi efisiensi, adalah bagaimana Bank Sumut mengelola tingkat efisiensi yang tahun lalu 74,81 persen, tahun ini diturunkan menjadi 73,80 persen.
"NIM dibanding tahun lalu, maupun di Desember, tahun ini sedikit terkoreksi, tapi NIM 6,26 persen ini masih cukup tinggi. Terkoreksi karena memang dari sisi cost of fund kita mengalami peningkatan karena tingkat suku bunga yang di pasar itu meningkat," tambahnya.
Selanjutnya dari sisi risiko kredit, Bank Sumut mecatatkan angka 2,72 persen NPL Gross, dan 1,31 persen di NPL Nett.
Jika dibandingkan dengan perolehan tahun lalu secara yoy, kondisinya cukup membaik. Akan tetapi sedikit terkoreksi jika dibandingkan dengan posisi di Desember.
Secara likuiditas hal ini juga tercermin dari rasio AL dibanding NCO yang berada di angka 93,04 persen, dengan batas ketentuan adalah 50 persen dan Eta mengaku Bank Sumut capaiannya jauh diatas angka tersebut.
"Artinya secara tingkat likuiditas Bank Sumut sangat likuid. Yang bisa mengcover kebutuhan penarikan. Hal itu menunjukkan tingkat rasion likuiditas yang sangat sehat," pungkasnya.