Bisnis.com, PADANG - Pemerintah Provinsi Sumatra Barat menyebutkan telah memulai pembangunan pabrik pakan ikan di Rao Selatan dengan pendanaan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).
Wakil Gubernur Sumatra Barat Audy Joinaldy mengatakan pembangun pabrik pakan ikan di Rao Selatan, Kabupaten Pasaman, telah dimulai sejak Juli 2022 lalu.
"Pabrik itu dibangun untuk mendorong memenuhi kebutuhan pakan di Pasaman yang merupakan sentra ikan tawar di Sumbar," katanya dalam keterangan tertulis, Selasa (18/10/2022).
Dia menjelaskan progress pembangunan pabrik hingga saat ini telah mencapai 78 persen. Diperkirakan rampung pada Desember 2022 nanti.
Pabrik tersebut diharapkan mampu menutupi seluruh kebutuhan pakan ikan di Kabupaten Pasaman.
"Karena Pasaman penghasil 58.000 ton ikan per tahun, sehingga kebutuhan pakan nya juga tinggi. Jadi salah satu yang dilakukan membangun pabrik pakan untuk memenuhi kebutuhan pakan ikan petambak di Pasaman," ujarnya.
Baca Juga
Audy menjelaskan di daerah Pasaman dapat dikatakan sebagai salah satu sentra penghasil ikan air tawar, dengan luas kolam perikanan lebih kurang 4.494 Ha.
Dari luas kolam perikanan itu, Kabupaten Pasaman bisa memproduksi ikan setidaknya 58 ribu ton per tahunnya.
Sementara kebutuhan pakan per tahun mencapai 42 ribu ton. Namun dari kebutuhan pakan itu, Pemkab Pasaman baru mampu memproduksi 3.000 ton pakan per tahun.
"Jadi memang masih banyak kebutuhannya. Makanya pembangunan pabrik itu solusi untuk kebutuhan pakan ikan di Pasaman," tegasnya.
Audy menyebutkan ada berbagai jenis ikan air tawar yang dibudidayakan di Sumbar, selain ada ikan nila, juga ada ikan lele.
Khusus untuk ikan lele ini, ternyata ada olahannya yakni lele asap yang berada di Rao Selatan.
Meski bisa dikatakan masih industri rumahan, pengolahan ikan lele asap di Rao Selatan mampu memproduksi 700 kg ikan lele asap setiap hari.
"Informasi yang saya dapatkan, beberapa pengolahan ikan lele asap lainnya di Pasaman bahkan sudah mengekspor produk olahannya ke beberapa negara seperti Malaysia, Singapura, hingga Kenya," ungkap Wagub.
Selain itu Audy menyatakan potensi budidaya ikan lainnya yang cukup besar yakni kelompok budidaya Ikan Mas Saiyo Saolo, dan lokasinya masih di Kecamatan Rao Selatan. Dimana kelompok dimaksud beranggotakan 20 petani Ikan dengan total luas tambak yang dimiliki kurang lebih 20 hektar.
"Begitu pun ikan mas, saya juga sudah ke sana. Ternyata Pasaman memang layak sebagai sentra ikan air tawar," ungkap Audy.
Terkait usaha ikan mas itu, salah anggota kelompok, Abdullah, mengatakan hal yang dibutuhkan oleh kelompok saat ini adalah perlu ditambahnya jaringan pengairan sepanjang 5 km dan akses jalan yang mengitari kawasan tambak.
Selain itu kelompok budidaya juga mengeluhkan margin pakan dan harga Ikan per kilogram yang dianggap relatif tipis.
Harga per kilogram Ikan Mas di tambak menurut Abdullah saat ini berkisar Rp22.000 per kg. Sementara untuk kebutuhan pakan, pihaknya mengeluarkan Rp13.500 per kilogram.
"Kendala kita disini butuh menambah jaringan saluran air, karena tambak disini memanfaatkan air dari gunung," sebutnya.
Diantara keluhan petani Ikan ini sebetulnya sudah dijawab pemerintah, baik di level kementerian, provinsi, maupun kabupaten.