Bisnis.com, PEKANBARU - Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Riau melanjutkan rangkaian pre-launching Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di wilayah Riau.
Kali ini Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kota Dumai bersama TPID Provinsi Riau dan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Riau meresmikan program Gerakan Tanam Cabai oleh ASN dan Kelompok Wanita Tani (KWT) di Kota Dumai.
Kepala BI Riau Muhamad Nur menjelaskan program ini merupakan rangkaian dari program Urban Farming TPID Provinsi Riau dengan target tanam 65.000 bibit cabai yang telah diresmikan sebelumnya di Pekanbaru.
"Program ini secara umum merupakan upaya bersama TPID se-Provinsi Riau untuk meningkatkan produksi cabai di wilayah Riau termasuk Kota Dumai, sehingga ketergantungan Riau akan pasokan cabai dari wilayah lain dapat berkurang. Selain itu, dengan meningkatkan produksi cabai di Kota Dumai, maka biaya distribusi cabai dari luar daerah juga dapat ditekan," ujarnya Rabu (31/8/2022).
Menurutnya sebagai salah satu dari tiga kota survei IHK di wilayah Riau, pada Juli 2022 inflasi di Kota Dumai tercatat sebesar 6,01% (yoy), dengan komoditas pangan utama penyumbang inflasinya, yaitu cabai merah, cabai rawit, dan bawang merah.
Kondisi ini sebenarnya dinilai cukup memprihatinkan, karena terlepas dari berbagai risiko perekonomian global yang terjadi saat ini, penyebab utama inflasi Riau dan Dumai pada Juli 2022 berasal dari komoditas cabai yang pada dasarnya mampu diproduksi dalam negeri.
Lalu apabila ditelaah lebih dalam, kenaikan harga pangan ini disebabkan oleh penurunan hasil panen di wilayah sentra produksi karena pengaruh anomali cuaca dan peningkatan biaya produksi karena mahalnya harga pupuk.
Bank Indonesia melalui aplikasi Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) mencatat rata-rata harga cabai merah di Kota Dumai pada Juli 2022 mencapai Rp99.350 per kg, dan rata-rata harga cabai rawit mencapai Rp76.650 per kg pada periode yang sama. Harga tersebut merupakan harga yang tertinggi, setidaknya selama 3 tahun terakhir.
"Kondisi tersebut semakin mendorong TPID Provinsi Riau, TPID Kota Dumai, dan Bank Indonesia untuk segera menyusun dan memformulasikan kebijakan yang tepat untuk pengendalian inflasi, termasuk risiko inflasi komoditas cabai, agar kondisi ini tidak terulang lagi pada masa mendatang," ujarnya.
M. Nur menjelaskan melalui program ini, TPID Provinsi Riau dan TPID Kota Dumai berharap beberapa hal, diantaranya dapat membentuk mindset masyarakat umum untuk mencoba bercocok tanam cabai dengan memanfaatkan lahan pekarangan.
Kemudian meminta agar ASN, KWT, dan kelompok masyarakat lain yang menerima bibit cabai tersebut dapat menjadi contoh yang baik bagi warga di sekitarnya, bahwa ketergantungan rumah tangga akan komoditas cabai dapat sedikit berkurang dengan menanam sendiri di pekarangan; serta harapan utama. Terakhir, agar kebutuhan komoditas cabai yang tinggi pada akhir tahun nanti dapat sedikit dipenuhi dari Gerakan Tanam Cabai ini.
Selain upaya peningkatan produksi, pada kesempatan yang sama Dinas Pangan Tanaman Pangan dan Hortikultura (DPTPH) Provinsi Riau dan TPID menggelar pasar tani dan pasar murah di Kota Dumai sebagai bentuk upaya stabilisasi harga pangan. Upaya-upaya yang ditempuh tersebut, menunjukkan bahwa pengendalian inflasi, tetap dilaksankan dengan berpedoman pada framework 4K yaitu Keterjangkauan Harga, Ketersediaan Pasokan, Kelancaran Distribusi, dan Komunikasi Efektif.
"Keragaman program untuk meredam harga cabai yang ditempuh oleh pemerintah, Bank Indonesia, beserta lembaga dan instansi terkait lainnya, menunjukkan bahwa permasalahan inflasi yang sedang kita hadapi saat ini bukanlah permasalahan yang dapat kita abaikan. Namun dengan kesungguhan dan komitmen bersama semua permasalahan dapat diatasi termasuk masalah inflasi."
Gubernur Riau Syamsuar mengatakan, program Tanam Cabai yang dilakukan pihaknya bersama TPID Riau dan TPID Dumai ini merupakan arahan Presiden RI Jokowi, untuk pengendalian inflasi di setiap daerah.
Menurutnya permasalahan inflasi bukan hanya terjadi di Provinsi Riau saja. Namun, hal itu terjadi di setiap daerah di Indonesia maupun negara lain. Berdasarkan yang disampaikan Presiden RI, ada sebanyak 60 negara yang terkena dampak dari krisis ekonomi itu. Hal itu juga tidak terlepas dari faktor dari Pandemi Covid-19.
“Permasalahan ekonomi ini terjadi semua negara. Pada waktu rapat tim inflasi yang dipimpin oleh Presiden sudah dijelaskan ada 60 negara sekarang yang sangat terdampak besar terhadap krisis ekonomi. Krisis ekonomi, krisis energi juga, krisis pangan juga. Ini dampak dari covid-19 yang sudah berjalan 2 tahun lebih ini,” ujarnya.
Untuk mengupayakan penekanan inflasi tersebut, Syamsuar mengimbau seluruh pihak agar dapat bekerja sama terutama dalam mengatasi harga cabai yang tergolong tinggi. Karena menurutnya, dengan dilakukan pengendalian ini secara bersama-sama Provinsi Riau pasti bisa mencukupi kebutuhan bahan pangan.
“Kami mengajak masyarakat agar bersama-sama bisa mempersiapkan terutama kebutuhan pangan di daerah ini. Khususnya cabai karna memang harga cabai yang tinggi mempengaruhi inflasi."