Bisnis.com, PADANG - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penduduk miskin di Sumatra Barat pada Maret 2022 sebanyak 335,21 ribu orang.
Koordinator Fungsi Statistik Sosial, BPS Sumbar Krido Saptono menjelaskan jumlah penduduk miskin di Sumbar mengalami penurunan sebesar 4,72 ribu orang bila dibandingkan pada September 2021 lalu yang mencapai 339,93 ribu orang.
Ia mengatakan penyebab menurunnya kemiskinan melihat telah melandainya kasus harian Covid-19 di Sumbar pada periode tersebut. Serta tumbuhnya ekonomi Sumbar pada triwulan I-2022 terhadap triwulan I-2022 sebesar 3,64 persen.
"Jadi masyarakat pun mulai optimis menjalani kehidupan sehari-hari, karena kasus Covid-19 sudah turun pula. Buktinya ekonomi Sumbar tumbuh," katanya, Jumat (15/7/2022).
Selain itu, berdasarkan daerah tempat tinggal, pada periode September 2021–Maret 2022, jumlah penduduk miskin perkotaan naik sebesar 3,08 ribu orang, di pedesaan mengalami penurunan sebesar 7,79 ribu orang.
Persentase kemiskinan di perkotaan naik dari 4,83 persen menjadi 4,95 persen. Sementara itu, di pedesaan turun dari 7,23 persen menjadi 6,86 persen.
Melihat pada persentase penduduk miskin di daerah pedesaan pada September 2021 sebesar 7,23 persen turun menjadi 6,68 persen pada Maret 2022.
Sementara selama periode September 2021 - Maret 2022, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan naik sebanyak 3,08 ribu orang, dari 134,53 ribu orang pada September 2021 menjadi 137,61 ribu orang pada Maret 2022.
Selain itu, di daerah pedesaan juga mengalami penurunan sebanyak 7,79 ribu orang, dari 205,39 ribu orang pada September 2021 menjadi 197,60 ribu orang pada Maret 2022.
Krido menyatakan bila melihat pada perkembangan tingkat kemiskinan, Maret 2021–Maret 2022 jumlah penduduk miskin di Sumbar pada Maret 2022 mencapai 335,21 ribu orang.
"Jadi bila dibandingkan September 2021, jumlah penduduk miskin turun 4,72 ribu orang," ujarnya.
Sementara jika dibandingkan dengan Maret 2021, jumlah penduduk miskin turun sebanyak 35,46 ribu orang.
Persentase penduduk miskin pada Maret 2022 tercatat sebesar 5,92 persen, turun 0,12 persen poin terhadap September 2021 dan turun 0,71 persen poin terhadap Maret 2021.
Dikatakannya peranan komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan (GK) jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan.
Sumbangan KG makanan terhadap garis kemiskinan pada Maret 2022 tercatat sebesar 75,77 persen.
Krido menyebutkan ada tiga jenis komoditi makanan yang berpengaruh paling besar terhadap nilai GK adalah beras, rokok kretek filter, cabe merah.
"Hal ini berlaku untuk di perkotaan dan di perdesaan," tegasnya.
Sedangkan lima komoditi bukan makanan yang paling dominan adalah biaya perumahan, bensin, listrik, pendidikan dan perlengkapan mandi. (k56)