Bisnis.com, MEDAN - Selain memanfaatkan momentum mudik Lebaran, Pemprov Sumatra Utara juga punya strategi untuk mengerek pertumbuhan ekonomi tahun ini.
Menurut Kepala Biro Perekonomian Sekretariat Daerah Pemprov Sumatra Utara Naslindo Sirait, setidaknya ada tiga strategi yang ditempuh untuk mewujudkan target tersebut.
Upaya pertama yang dilakukan adalah dengan pendekatan sektor. Selama ini, sektor pertanian memberi kontribusi terbesar terhadap perekonomian Sumatra Utara. Untuk itu, Pemprov Sumatra Utara berniat melakukan ekspansi pada sektor tersebut.
Pada 2021, pertumbuhan sektor pertanian Sumatra Utara tercatat 3,87 persen atau hanya berjumlah 67 persen dari pertumbuhan rata-rata.
Kemudian, Pemprov Sumatra Utara bersama pemerintah kabupaten dan kota juga akan mendorong sektor riil melalui stimulus Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Seperti pemberian bibit hibrida, sarana produksi pertanian dan membenahi jaringan infrastruktur di daerah.
"Sehingga produktivitas pertanian, perkebunan dan pangan akan meningkat dan memiliki daya saing," ujar Naslindo kepada Bisnis, Rabu (4/5/2022).
Upaya kedua adalah dengan pendekatan penciptaan nilai tambah dan pengembangan pasar. Menurut Naslindo, Pemprov Sumatra Utara akan mendorong transformasi struktur ekonomi dengan pendekatan hilirisasi dan pasar.
Naslindo mencontohkan soal larangan CPO dan minyak goreng oleh pemerintah pusat belakangan ini. Menurutnya, kebijakan itu harus disikapi secara bijaksana. Kalangan industri kelapa sawit di Sumatra Utara harus didorong untuk membangun industry downstream.
Selama ini, menurut Naslindo, pelaku industri kelapa sawit kerap puas diri dengan tipe industry upstream, yakni sebatas menghasilkan komoditas CPO. Padahal, produk turunan CPO akan memberi nilai tambah yang jauh lebih tinggi.
Seperti diketahui, sebanyak 43 persen dari perekonomian Sumatra Utara disumbang oleh sektor perkebunan kelapa sawit. Jika hilirisasi produk turunan CPO diterapkan, maka Naslindo yakin pertumbuhan ekonomi Sumatra Utara bakal tumbuh signifikan.
Di sisi lain, Naslindo pun berharap industri manufaktur unggul dalam stuktur perekonomian provinsi dalam kurun lima tahun mendatang. Saat ini, sektor manufaktur masih menyumbang 19 persen terhadap struktur perekonomian Sumatra Utara.
"Momentum inilah yang harusnya kita manfaatkan. Jadi tidak lagi ekspor CPO ke luar negeri, tapi sudah ekspor produk turunannya yang begitu besar dan sangat bernilai tinggi, baik untuk kebutuhan domestik maupun untuk kebutuhan luar negeri," katanya.
Upaya ketiga adalah pendekatan pelaku usaha. Di Sumatra Utara, pelaku ekonomi terbesar adalah Usaha Kecil Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Persentasenya mencapai 98 persen.
Oleh karena itu, kata Naslindo, sudah seharusnya pelaku UMKM memeroleh berbagai intervensi kebijakan dari pemerintah. Seperti mendorong kemitraan, menciptakan kemudahan usaha, memberi bantuan stimulus serta membanguan ekosistem yang produktif.
Saat ini, Pemprov Sumatra Utara sudah memberi berbagai program pembiayaan yang murah melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan penjaminan kredit. Selain itu, Pemprov Sumatra Utara juga mendorong pelaku UMKM untuk merambah dunia pemasaran digital. Sehingga cakupan produksi maupun pemasarannya mampu lebih luas.
"Ketiga strategi ini apabila kita padukan, di samping dengan program pembangun infrastruktur seperti jalan dan jembatan, yang sedang diinisiasi gubernur, kami optimis pertumbuhan ekonomi bbisa tumbuh pada rentang 3,7 persen sampai 4 persen pada 2022," kata Naslindo.
Sebelumnya, Naslindo juga menjelaskan strategi pihaknya dalam mendongkrak perekonomian dengan memanfaatkan momentum Lebaran atau Idulfitri 1443 Hijriah.
Pada tahun ini, setidaknya terdapat 2,3 juta warga Sumatra Utara yang diperkirakan pulang kampung atau mudik. Jumlah pemudik tahun ini melonjak tajam lantaran kebijakan pemerintah memberi pelonggaran syarat.
Secara historis, menurut Naslindo, angka konsumsi masyarakat terhadap barang dan jasa pada masa Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) meningkat.
Naslindo mengatakan, peningkatan permintaan tersebut mesti turut didukung dengan suplai kebutuhan yang mencukupi. Oleh karena itu, pemerintah daerah juga harus memastikan para produsen dan distributor barang dan jasa dapat memenuhinya.
Pengaturan arus lalu lintas, baik jalur darat, laut maupun udara, harus dilakukan secara baik sehingga tidak mengganggu distribusi barang dan jasa pada masa libur.
Pada masa libur Lebaran kali ini, pusat-pusat perbelanjaan memeroleh kelonggaran untuk kembali berdagang secara normal tanpa pembatasan.
Dengan demikian, penyediaan berbagai kebutuhan barang-barang pabrikan seperti pakaian, perhiasan dan alas kaki mestinya berjalan lancar. Seperti diketahui, permintaan atas jenis barang-barang pabrikan tersebut relatif meningkat pada masa HBKN.
"Untuk kebutuhan pangan, petani di sentra-sentra pertanian dan perkebunan kami dorong untuk bisa menyuplai dalam jumlah yang cukup," ujar Naslindo.
Selain peningkatan konsumsi barang, Pemprov Sumatra Utara juga berharap masa libur Lebaran mampu mendongkrak pertumbuhan sektor pariwisata.
Sejumlah destinasi wisata andalan di Sumatra Utara kembali dibuka untuk umum. Meski tak ada lagi pembatasan, objek-objek wisata tetap harus menerapkan protokol kesehatan.
Menurut perkiraan Naslindo, destinasi pariwisata akan ramai dikunjungi kurun hari ketiga hingga keempat Lebaran. Saat itu, tingkat hunian hotel maupun restoran turut mengalami peningkatan.
"Dari awal sudah kami minta kepada daerah untuk bersiap-siap menyambut wisatawan dengan menerapkan kebersihan, pengaturan oleh petugas lalu lintas sehingga tidak terjadi kemacetan. Sehingga pengunjung nyaman selama berada di lokasi wisata," katanya.
Naslindo optimis libur Lebaran tahun ini mampu mendongkrak perekonomian Sumatra Utara secara signifikan.
Pengeluaran konsumsi masyarakat dipastikan meningkat tajam bila melihat berbagai faktor. Seperti laju pertumbuhan ekonomi triwulan terakhir dan pembayaran Tunjangan Hari Raya (THR).
Selain itu, pergerakan pemudik asal luar yang masuk ke Sumatra Utara juga tak dipungkiri bakal memberi kontribusi busi besar. Khususnya pada peningkatan konsumsi di sektor transportasi.
"Jadi dari sisi pengeluaran konsumsi akan meningkat," katanya.
Naslindo menjelaskan, pertumbuhan sektor konsumsi di Sumatra Utara sebelum 2019 rata-rata berada di angka 4 persen. Namun jumlah itu menurun akibat pengaruh pandemi Covid-19. Kini, setelah berbagai pembatasan dihapuskan, maka Naslindo berharap pertumbuhan konsumsi mampu menyentuh 3 persen.
Begitu juga dengan sisi lapangan usaha. Naslindo berharap sektor transportasi mampu tumbuh 4 persen. Seperti diketahui, sektor tersebut sempat mengalami kontraksi -3,6 persen pada 2021 lalu.
Selain itu, lanjut Naslindo, sektor akomodasi, makanan dan minuman juga berpeluang melonjak siginifikan pada masa Lebaran. Pada 2021 lalu, sektor ini sempat mengalami kontraksi -0,81 persen. Pada 2022, Naslindo berharap sektor tersebut mampu tumbuh hingga 5 persen atau ke posisi normal pra Covid-19.
Melihat sederet catatan di atas, Naslindo optimis masa libur Lebaran tahun ini berkontribusi besar. Sehingga secara kumulatif pertumbuhan ekonomi Sumatra Utara pada Triwulan II 2022 berada pada rentang 3 persen hingga 4 persen.
"Namun tantangan lain juga sedang menekan pertumbuhan ekonomi Sumatra Utara, di mana sejak Februari 2022 ekspor kita mengalami penurunan. Pada akhir April 2022, ada larangan ekspor CPO (Crude Palm Oil) dan minyak goreng, ini akan mengurangi ekspor Sumatra Utara," kata Naslindo.
Berdasar data Dinas Perhubungan Pemprov Sumatra Utara, puncak arus mudik di Sumatra Utara terjadi pada Sabtu (30/4/2022). Sedangkan puncak arus balik terjadi pada Minggu (8/5/2022).
Pada Lebaran kali ini, jumlah penumpang angkutan darat diperkirakan mencapai 29.792 orang per hari, termasuk penumpang angkutan kereta api yang jumlahnya 11.976 orang per hari.
Sedangkan penumpang angkutan laut diperkirakan mencapai 1.198 orang per hari dan penumpang angkutan udara 16.192 orang per hari.
Demi meminimalisir kemacetan, dinas perhubungan memberlakukan pembatasan operasional angkutan barang di ruas jalan protokol dalam provinsi. Antara lain meliputi jalan Medan - Berastagi, Pematangsiantar - Parapat - Porsea.
Pembatasan tidak berlaku bagi beberapa golongan kendaraan. Yakni sepeda motor, pengangkut BBM, pengangkut ternak, kendaraan pupuk hingga pengangkut bahan pangan atau sembako.
Menurut Gubernur Sumatra Utara Edy Rahmayadi, jumlah pemudik Lebaran tahun ini menjadi peluang tersendiri bagi pemerintah provinsi. Khususnya untuk kembali mendongkrak perekonomian yang sempat mengalami kontraksi minus dua tahun lalu.
Edy juga berharap momentum Lebaran akan memacu akselerasi perputaran uang di daerah. Optimisme meningkat seiring tren perbaikan ekonomi belakangan ini.
"Banyaknya masyarakat kota yang pulang ke kampung halaman akan membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Orang-orang dari kota dan luar provinsi akan menghabiskan uangnya di kampung," kata Edy.
Sama seperti kebanyakan daerah lain, jumlah pemudik di Sumatra Utara melonjak tajam pada Lebaran 2022. Apalagi sudah dua tahun terakhir masyarakat diimbau tak pulang kampung karena alasan pandemi.
Namun di satu sisi, euforia mudik juga meninggalkan kekhawatiran tertentu. Yakni meningkatkan risiko penyebaran Covid-19. Oleh sebab itu, Edy meminta semua pihak agar memberi perhatian di sektor kesehatan.
"Ikuti semua peraturan untuk mudik, prokes, vaksinasi, booster dan swab test agar kegiatan ini berjalan dengan lancar. Bisa bertemu dengan keluarga dan beribadah," ujar Edy pada kesempatan berbeda.
Pada 2021, laju pertumbuhan ekonomi Sumatra Utara mentok di angka 2,61 persen (yoy). Meski tak sesuai harapan, angkanya meningkat dibanding catatan 2020 yang sempat terkontraksi dalam, yakni -1,07 persen (yoy).
Pada tahun ini, ekonomi Sumatra Utara diperkirakan berada di rentang 3,7 persen hingga 4,5 persen (yoy), laju yang sesungguhnya masih di bawah angka pertumbuhan pra pandemi.
Kondisi tersebut dikhawatirkan berdampak terhadap persoalan sosial. Seperti meningkatkan angka kriminalitas pada masa libur. Inilah alasan Edy mengingatkan aparat keamanan agar memberi perhatian penuh.
"Dalam pertumbuhan perekonomian yang normal saja jelang lebaran itu tindakan kriminal meningkat, dan sekarang perekonomian kita belum pulih sepenuhnya," kata Edy.
Pada masa Ramadan dan Lebaran tahun ini, Bank Indonesia memperkirakan total kebutuhan uang kartal di Sumatra Utara mencapai Rp5,25 triliun. Perkiraan tersebut tercatat lebih tinggi dibanding tahun lalu.
Hingga sepekan jelang Lebaran, uang kartal yang telah didistribusikan sudah mencapai Rp3,27 triliun atau lebih dari 50 persen dari perkiraan.
"Bank Indonesia senantiasa berupaya menjaga ketersediaan dan kualitas uang yang beredar. Khususnya memasuki periode HBKN," ujar Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sumatra Utara Doddy Zulverdi.
Di tengah perlemahan ekonomi global, Bank Indonesia memperkirakan pemulihan ekonomi nasional tetap berlangsung pada 2022. Meski begitu, laju pertumbuhan diprediksi sedikit lebih rendah dari perkiraan sebelumnya.
Pertumbuhan ekonomi nasional diperkirakan akan berada pada angka 4,5 persen hingga 5,3 persen, lebih rendah dari proyeksi awal yang sebesar 4,7 persen hingga 5,5 persen. Hal ini dipengaruhi oleh volume ekspor yang tertahan seiring kondisi ekonomi dan volume perdagangan global.
"Namun demikian, sejumlah indikator ekonomi domestik seperti mobilitas masyarakat dan penjualan eceran masih mengindikasikan pemulihan. Di sisi lain, tingkat inflasi tetap terkendali di tengah permintaan domestik yang mulai meningkat," kata Doddy.
Sejalan dengan ekonomi nasional, pemulihan ekonomi Sumatra Utara juga terus berlangsung pada 2022 meski secara gradual. Pada tahun ini, pertumbuhan ekonomi Sumatra Utara diperkirakan lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya, yakni di kisaran 3,7 persen hingga 4,5 persen.
"Didorong oleh terus meluasnya vaksinasi yang dapat mendorong mobilitas dan konsumsi masyarakat, serta tetap tingginya harga komoditas utama yang dapat menjaga kinerja ekspor Sumatra Utara," kata Doddy.
Pada Maret 2022, inflasi di Sumatra Utara mencapai 0,71 persen (mtm) atau 3,26 persen (yoy). Gelombang inflasi ini didorong oleh kenaikan harga tanaman hortikultura seperti cabai merah.
Berdasarkan pengamatan hingga menjelang Idul Fitri, harga beberapa komoditas seperti minyak goreng dan gula pasir juga cenderung mengalami peningkatan.
Sementara itu, harga komoditas daging sapi, cabai merah, serta cabai rawit terpantau menunjukkan tren penurunan. Sedangkan untuk harga komoditas pangan lainnya relatif stabil.
Bank Indonesia memperkirakan inflasi Sumatra Utara pada April 2022 akan lebih rendah dibanding inflasi Maret 2022 lalu. Khususnya pada komponen volatile food atau komoditas hortikultura dan perikanan.
Kondisi itu dipengaruhi dengan melimpahnya pasokan pada musim panen yang juga didukung dengan faktor cuaca.
Secara keseluruhan, inflasi Sumatra Utara pada 2022 diprediksi akan lebih tinggi dari 2021 lalu. Namun angkanya diperkirakan tetap dalam rentang sasaran nasional 3%±1 persen.
"Berbagai potensi sumber tekanan inflasi, baik dari internal maupun eksternal, perlu menjadi perhatian untuk menjaga pengendalian inflasi tahun 2022," kata Doddy.