Bisnis.com, PEKANBARU - Ekonomi petani sawit di Provinsi Riau terdongkrak berkat kenaikan 12 persen (tepatnya 12,29%) harga tandan buah segar (TBS) sawit umur 20-30 tahun Kuartal III 2020 dibandingkan dengan Kuartal II.
Harga Tanda Buah Segar di Provinsi Riau dalam beberapa bulan terakhir menunjukkan tren positif berdampak pada peningkatan ekonomi ditingkat petani. Nilai Tukar Petani (NTP) bulan Agustus diperkirakan akan semakin membaik.
Kepala Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik Badan Pusat Statistik Provinsi Riau, Urip Widiyantoro menilai kenaikan harga sawit berdampak pada perekonomian petani Riau terutama konsumsi rumah tangga. Harga ini meningkatkan daya beli karena dengan kuantitas yang dijual oleh petani sama tetapi mendapatkan nilai pendapatan yang berbeda.
“Melihat dari pertumbuhan ekonomi Riau triwulan II kan konsumsi rumah tangga turun, hal ini juga disebabkan karena sawit turun 15 persen. Karena pendapatan dari perkebunan sawit menurun, maka konsumsi rumah tangganya menjadi menurun,” kata Urip kepada Bisnis, Selasa (26/8/2020).
Berdasarkan data Dinas Perkebunan Riau yang dihimpun oleh BPS, untuk sementara triwulan III/2020 harga TBS untuk umur 20-30 tahun tumbuh 12,29persen dibanding triwulan II/2020 yang terkoreksi amat dalam minus 15,49 persen.
Selama tahun 2020, tren positif kenaikan harga sawit mencapai puncak bulan Agustus dengan kenaikan 17.54 persen dibanding bulan sebelumnya. Setelah itu jatuh di Mei dengan minus 18.78 persen, harga sawit merangkak naik Juni,sebesar 3.66 persen dan Juli 8.48 persen.
Mengacu pada Nilai Tukar Petani bulan Juli 2020 diposisi 113,57 atau naik sebesar 3,57 persen dibanding bulan Juni 2020 yang hanya sebesar 109.66. Hal ini disebabkan harga barang/produk petani mengalami kenaikan 3,56 persen sedangkan harga yang dibayar petani mengalami penurunan sebesar -0,01 persen.
Begitu juga harga konsumsi rumah tangga mengalami penurunan sebesar -0,14 persen. Namun, indeks harga yang dibayar untuk keperluan produksi naik sebesar 0,33 persen.
Urip menjelaskan NTP berdasarkan komoditas perkebunan rakyat menyumbang kenaikan 4,05 persen. Salah satu penyebab NTP bulan Juli menguat lantaran adanya kenaikan harga TBS di Riau selama bulan Juli rata-rata 8,48 persen lebih tinggi dari Juni. Menjadi turun 4,05 persen NTP perkebunan karena dipengaruhi komoditas lain yang ada juga turun seperti karet, kopi dan lain-lain.
“Sekarang dengan Juli, Agustus dan September harganya terus naik, maka kemungkinan secara ekonomi mudah-mudahan daya beli masyarakat kita semakin tinggi. Kalau lebih tinggi, yang lain akan ikut karena multiplayer effect,” ujarnya.
Misalkan, pasar otomotif turun 50 persen dibanding tahun lalu. Orang lebih fokus membeli makanan dan kebutuhan sehari-hari .“Orang yang tahan-tahan mau beli mobil, kemungkinan akan membaik.”