Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penyebab di Balik Inflasi 0,47 Persen yang Dialami Sumut pada November 2021

Menurut Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sumatra Utara Soekowardojo, sumber utama inflasi berasal dari cabai merah, minyak goreng, dan angkutan udara.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sumatra Utara Soekowardojo. /Bisnis-Nanda Fahriza Batubara
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sumatra Utara Soekowardojo. /Bisnis-Nanda Fahriza Batubara

Bisnis.com, MEDAN - Pada November 2021, Sumatra Utara mengalami inflasi sebesar 0,47 persen (mtm), meningkat signifikan dibandingkan periode sebelumnya yang mengalami deflasi sebesar -0,06 persen (mtm).

Walau begitu, realisasi ini lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional yang tercatat sebesar 0,37 persen mtm. Namun di sisi lain lebih rendah dari inflasi Sumatra yang tercatat sebesar 0,58 persen mtm.

Menurut Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sumatra Utara Soekowardojo, sumber utama inflasi berasal dari cabai merah, minyak goreng, dan angkutan udara.

"Kenaikan harga cabai merah dipengaruhi oleh buruknya cuaca sehingga menekan produksi, dan peningkatan permintaan," kata Soeko, Rabu (15/12/2021).

Khusus minyak goreng, kenaikan harga dipicu meningkatnya harga minyak mentah atau Crude Palm Oil (CPO) global yang sampai saat ini masih terus berlanjut.

Sementara itu, tarif angkutan udara diperkirakan naik sejalan dengan mulai meningkatnya mobilitas masyarakat ke luar daerah pasca pelonggaran PPKM.

Di sisi lain, terdapat beberapa bahan pangan yang mengalami penurunan harga. Yakni tomat, jeruk, dan bawang merah. Penurunan harga menjadi faktor penahan inflasi lebih tinggi. Menurut Soeko, penurunan harga tomat dipengaruhi oleh hasil panen dari berbagai daerah di Sumatera yang melebihi kebutuhan.

Sementara penurunan harga jeruk disinyalir akibat penyakit kutu jarum yang menjangkiti sebagian kebun jeruk di sentra produksi. Sedangkan untuk bawang merah, penurunan harga juga diperkirakan akibat melimpahnya pasokan dari Pulau Jawa.

Secara umum, harga pangan strategis si Sumatra Utara juga terpantau relatif stabil meski beberapa komoditas menunjukan tren kenaikan menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN). Walau begitu, kenaikannya masih dalam batas kewajaran.

"Kecuali untuk minyak goreng dan cabai rawit saat ini berada pada posisi harga yang cukup tinggi," kata Soeko.

Lebih lanjut, Bank Indonesia memperkirakan inflasi Sumatra Utara masih dalam rentang sasaran nasional pada tahun 2021. Yakni 3%±1% dengan potensi bias bawah.

Kondisi tersebut sejalan dengan membaiknya kondisi perekonomian karena didukung percepatan program vaksinasi Covid-19 oleh pemerintah.

"Namun, peningkatan inflasi lebih lanjut tertahan oleh masih terbatasnya pemulihan ekonomi, serta rencana pembatasan kegiatan pada akhir tahun 2021," kata Soeko.

Berdasar data Badan Pusat Statistik (BPS), seluruh kota Indeks Harga Konsumen (IHK) di Sumatra Utara mengalami inflasi pada November 2021.

Medan tercatat mengalami inflasi sebesar 0,46 persen, Sibolga sebesar 0,47 persen, Pematangsiantar sebesar 0,58 persen, Medan sebesar 0,46 persen, Padangsidimpuan sebesar 0,44 persen dan Gunung Sitoli sebesar 0,71 persen.

Dari gabungan lima kota IHK tersebut, Sumatra Utara mengalami inflasi sebesar 0,47 persen pada November 2021.

Khusus Kota Medan, komoditas utama penyumbang inflasi selama November 2021 antara lain, cabai merah, angkutan udara, minyak goreng, sewa rumah, udang basah, telur ayam ras, dan ikan dencis.

"Perkembangan harga berbagai komoditas di Kota Medan pada November 2021 secara umum menunjukkan adanya peningkatan," kata Kepala BPS Sumatra Utara Syech Suhaimi, Rabu (1/12/2021) lalu.

Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga dari delapan kelompok pengeluaran. Yaitu kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 0,55 persen.

Kemudian kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,55 persen. Lalu kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,33 persen.

Diikuti kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,51 persen, kemudian kelompok kesehatan sebesar 0,07 persen dan kelompok transportasi sebesar 1,25 persen.

Lalu kelompok penyediaan makanan dan minuman atau restoran sebesar 0,07 persen dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,50 persen.

Tiga kelompok pengeluaran lainnya tidak mengalami perubahan indeks. Yaitu kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan kemudian kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya serta kelompok pendidikan.

Dari 24 kota IHK di Pulau Sumatra, seluruh kota tercatat inflasi. Inflasi tertinggi di Banda Aceh sebesar 0,87 persen dengan IHK sebesar 107,68 dan terendah di Lubuklinggau sebesar 0,29 persen dengan IHK sebesar 106,42.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Ajijah
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper