Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga TBS Riau Turun Hingga 5,72 Persen

Harga Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawti pada periode 22--28 Januari 2019 di provinsi Riau mengalami penurunan di semua kelompok umur.
Pekerja memasukkan Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit ke dalam truk/ANTARA FOTO-Syifa Yulinnas
Pekerja memasukkan Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit ke dalam truk/ANTARA FOTO-Syifa Yulinnas

Bisnis.com, PEKANBARU—Harga Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawti pada periode 22--28 Januari 2019 di provinsi Riau mengalami penurunan di semua kelompok umur. 

Hal itu disebabkan oleh faktor internal dari penurunan harga jual minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) dan kernel sawit (palm kernel oil/PKO) serta dari faktor eksternal karena India membatasi impor kelapa sawit dari Malaysia.

Defris Hatmaja, Kabid Pengolahan dan Pemasaran Dinas Perkebunan Riau, menyampaikan penurunan terbesar terjadi pada TBS dengan kelompok umur 10—20 tahun yakni mencapai Rp127,45 per kilogram.

"Penurunan mencapai 5,72% dari pekan lalu. Atas penurunan itu harga TBS periode saat ini [22—28 Januari 2020] menjadi Rp2.101,96 per kilogram," kata Defris, seperti dikutip dari laman resmi Pemerintah Provinsi Riau, Jumat (24/1/2020).

Adapun penyebab melesunya harga TBS pada periode tersebut berasal dari faktor internal dan eksternal.

Dari internal, penurunan harga TBS terseret oleh jatuhnya harga jual CPO dan kernel dari seluruh perusahaan sumber data.

Dinas Perkebunan Riau mencatat penurunan harga jual CPO dibandingkan harga pada pekan sebelumnya dari PT Perkebunan Nusantara V (PTPN V) sebesar Rp350,41 per kilogram, Sinar Mas Group sebesar Rp289,91 per kilogram, Astra Agro Lestari Group sebesar Rp499 per kilogram, dan Asian Agri Group sebesar RP539,52 per kilogram.

Sementara untuk harga jual PKO juga terjadi penurunan di Astra Agro Lestari Group sebesar Rp955,45 per kilogram dan di Asian Agri Group sebesar Rp667 per kilogram secara mingguan.

"Sementara itu faktor eksternal penurunan harga TBS periode ini disebabkan oleh pembatasan pembelian CPO oleh India,” imbuh Defris. 

Dirinya menjelaskan bahwa India yang merupakan pembeli CPO terbesar di dunia telah membatasi impor CPO dan olahannya pekan lalu. 

Secara tidak langsung, India juga menginstruksikan kepada pedagang untuk menghindari pembelian komoditas CPO dari Malaysia sebagai bentuk sanksi karena Malaysia dinilai terlalu mencampuri urusan domestik India.

Selama ini, lanjut Defris, bursa perdagangan CPO Malaysia menjadi barometer dunia sehingga turut mempengaruhi harga CPO dari Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper