Kabut Asap dan Penyebab Polusi Udara

Tak hanya karhutla, tanpa kita sadari asap dari kendaraan yang menggunakan BBM dengan kadar oktan yang rendah juga ikut menyumbang tingkat pencemaran udara.

Bisnis.com, PEKANBARU -- Kualitas udara di wilayah Riau dalam sepekan terakhir cukup terganggu akibat kebakaran hutan dan lahan.

Angka polusi udara di wilayah Pekanbaru dan sekitarnya menurut aplikasi Air Visual berada di level 100-150 keatas, yang artinya berstatus tidak sehat.

Berdasarkan data BMKG dari pantauan satelit Terra dan Aqua pada Kamis (10/10/2019) menunjukkan ada 405 titik api di wilayah Sumatra, yang dampaknya memicu kabut asap di daerah itu termasuk Pekanbaru, Riau.

Lalu sehari setelahnya, Jumat (11/10/2019) BMKG merilis angka hotspot naik ke posisi 543 titik.

Lokasi titik api terbanyak diketahui di Sumatra Selatan sebanyak 310 titik, Lampung 96 titik, Jambi 86 titik, Bangka Belitung 35 titik, dan Bengkulu 1 titik. Sedangkan Riau tercatat memiliki 15 titik panas.

Saat ini arah angin bergerak dari selatan ke utara, membuat asap karhutla dari daerah yang terbakar, berkumpul di wilayah Riau dan sekitarnya, sehingga kualitas udara setempat menjadi tidak sehat.

Pegawai Laboratorium Udara Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Pekanbaru, Syahrial menyatakan kualitas udara Pekanbaru sangat berkaitan erat dan kondisi udara di wilayah Sumatra, yaitu apabila terjadi kebakaran hutan dan lahan yang tinggi, udara Pekanbaru akan cenderung ikut terdampak menjadi sedang, atau tidak sehat.

Melalui sistem Air Quality Monitoring System atau AQMS yang dimiliki dinas tersebut, dilakukan pemantauan kualitas udara setiap harinya.

Dari hasil data tersebut, akan terangkum dalam indeks standar pencemaran udara atau ISPU, dengan lima kategori.

Pertama bila angka indeks di rentang 1-50, kualitas udara berada di level baik. Untuk rentang 51-100, kualitas udara berada di level sedang.

Di posisi ini kualitas udara tidak berpengaruh pada kesehatan manusia, hanya terdampak pada tumbuhan yang sensitif dan kurangnya nilai estetika.

Sementara tiga level lainnya yaitu rentang 101-199 yaitu kualitas udara tidak sehat, 200-299 kualitas udara sangat tidak sehat, dan di atas 300 kualitas udara berbahaya, di posisi itu kualitas udara membahayakan bagi manusia, hewan, dan tumbuhan yang ada di wilayah tersebut.

POLUSI UDARA AKIBAT ASAP KENDARAAN

Selain karena karhutla, kondisi udara Pekanbaru juga dipengaruhi polusi asap kendaraan bermotor yang dipakai masyarakat setempat. 

Untuk mengetahui dampak polusi dari asap kendaraan, Dinas LHK Pekanbaru  melakukan uji emisi kendaraan bermotor khususnya roda empat milik pemerintah dan masyarakat.

Tujuannya agar diketahui sisa pembakaran dari kendaraan apakah sudah memenuhi standar minimal atau melebihi ambang batas yang ditetapkan.

Dari uji emisi tahun lalu, Syahrial mengaku hampir 80 persen kendaraan yang diuji sudah lolos dan sisanya hanya 20 persen yang tidak lolos.

Pengujian itu melihat kadar timbal, sulfur, karbon monoksida, dan kandungan lain yang dihasilkan oleh pembakaran mesin kendaraan bermotor.

"Sisanya yang 20 persen inipun masih bisa dikaji lagi, apakah dari segi perawatan kendaraannya dilakukan dengan baik atau tidak, sehingga gas buangnya sampai tidak lolos uji emisi," katanya.

Menurut Syahrial, hal ini mencerminkan kesadaran masyarakat Pekanbaru akan pentingnya merawat kendaraan dan menggunakan bahan bakar minyak berkualitas dan tanpa timbal.

Sehingga gas buang yang dihasilkan kendaraan menjadi lebih aman untuk udara setempat.

Terlebih lagi saat ini mayoritas kendaraan yang digunakan masyarakat Pekanbaru menurutnya sudah bermesin injeksi dan cocok menggunakan bahan bakar beroktan tinggi seperti Pertalite dan Pertamax.

"Rata-rata kendaraan mobil itu yang injeksi sekarang sudah biasa pakai Pertalite dan Pertamax, tentu gas buangnya sudah jelas tanpa timbal," katanya.

Tidak hanya dari pemerintah, tapi dari pabrikan otomotif juga menyatakan dampak positif penggunaan bahan bakar minyak yang berkualitas tinggi.

Area Head Sumatra Bagian Utara PT Toyota Astra Motor Ricko Noveriza menjelaskan pihaknya tetap mengimbau pengguna mobil untuk memakai BBM dengan oktan tinggi.

"Kami tetap mengimbau agar pengendara menggunakan bahan bakar oktan tinggi, karena jelas performa mesin akan lebih baik, umur mesin lebih panjang, mesin juga lebih terawat," ujarnya.

Menurut dia, bahan bakar berkualitas akan memberikan dampak positif pada umur mesin mobil, sehingga pemilik kendaraan akan mendapatkan manfaat lebih besar dari kondisi mesin yang sehat untuk jangka panjang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : MediaDigital
Editor : MediaDigital

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

# Hot Topic

Rekomendasi Kami

Foto

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper