Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kadin Sumut Dorong Ekspor CPO ke Afrika

Kamar Dagang dan Industri Sumatra Utara (Sumut) membuka peluang investasi bagi pengusaha-pengusaha kelapa sawit Sumut untuk memasuki pasar di kawasan Afrika.

Bisnis.com, MEDAN—  Kamar Dagang dan Industri  Sumatra Utara (Sumut) membuka peluang investasi bagi pengusaha-pengusaha kelapa sawit Sumut untuk memasuki pasar di kawasan Afrika.

Hal itu mengingat kawasan Afrika, khususnya kawasan Afrika Timur memiliki pangsa pasar yang potensial.

Apalagi, Wakil Ketua Umum Kadin Sumut Bidang Investasi dan Promosi Jonner Napitupulu  mengatakan, Indonesia menjadi negara eksporir minyak kelapa sawit terbesar dengan pangsa pasar sebesar 54,19%, diikuti Malaysia sebesar 29,27%. 

Sementara itu, lanjutnya, untuk negara importir kelapa sawit atau CPO dengan pangsa pasar terbesar yakni India sebesar 19,96%, Tiongkok 10,31%, dan Pakistan sebesar 6,18%.

"Dalam lima tahun terakhir, ekspor CPO Sumut mengalami tren penurunan," katanya dikutip Rabu(9/10/2019).

Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatra Utara mencatat pada periode Januari- Agustus 2019, penurunan ekspor terbesar terjadi pada komoditas lemak dan minyak hewan/nabati, yakni turun sebesar 19,52%  dengan nilai US$445,82 juta.

Dia mengatakan menurunnya angka ekspor CPO disebabkan adanya pelemahan permintaan di negara tujuan utama. Hal tersebut disebabkan oleh sejumlah isu seperti tingginya biaya masuk ke India, khususnya untuk industri pengolahan.

Selain itu, adanya penghapusan kebijakan biodiesel berbasis pangan di pasar Eropa, sertanya tingginya persediaan produk minyak nabati lain seperti minyak biji bunga matahari.

 Untuk itu, pengusaha kelapa sawit perlu mencari pangsa pasar baru selain di negara tujuan utama seperti India dan Tiongkok. Jonner mengatakan kelapa Sawit memiliki potensi pasar yang cukup besar di Ethiopia.  

Ekspansi luar negeri diperlukan untuk mengembngkan kemampuan, menggali dan memperluas jaringan bisnis yang saling menguntungkan.

“Tingginya permintaan minyak kelapa sawit mentah atau CPO lantaran 40% produk makanan seperti di Ethiopia menggunakan CPO,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper