Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Korban Ledakan Gas Berharap Penyebab Segera Terungkap

Korban ledakan gas di Jalan Kruing, Medan berharap agar penyebab bisa segera terungkap setelah lebih dari 20 hari berlalu.
Polisi berjaga di lokasi ledakan gas di rumah toko, Jalan Kruing, Medan, Sumatera Utara, Jumat (12/4/2019). Akibat ledakan gas yang terjadi di kawasan pusat oleh-oleh di Medan pada Kamis (11/4) malam tersebut, menyebabkan dua orang meninggal dunia, 10 orang lainnya luka-luka dan sedikitnya empat ruko rusak. ANTARA FOTO/Irsan Mulyadi
Polisi berjaga di lokasi ledakan gas di rumah toko, Jalan Kruing, Medan, Sumatera Utara, Jumat (12/4/2019). Akibat ledakan gas yang terjadi di kawasan pusat oleh-oleh di Medan pada Kamis (11/4) malam tersebut, menyebabkan dua orang meninggal dunia, 10 orang lainnya luka-luka dan sedikitnya empat ruko rusak. ANTARA FOTO/Irsan Mulyadi

Bisnis.com, MEDAN — Korban ledakan gas di Jalan Kruing, Medan berharap agar penyebab bisa segera terungkap setelah lebih dari 20 hari berlalu. 

Suliani, 62 tahun yang akrab disapa Ana masih belum percaya adiknya, Rahmat Effendi pria berusia 43 tahun dan adik iparnya Nurlaela yang dipanggilnya Dewi, 37 tahun meninggal dunia akibat ledakan gas di unit rumah tokonya.

Suliani yang meneruskan bisnis keluarga bersama Rahmat melalui kedai sate kerang kini tak lagi memasak sate kerang. Padahal dari kedai itu, setiap harinya 100 kg hingga 200 kg kerang diolah dan dijual sebagai salah satu pilihan oleh-oleh.

"Semoga prosesnya cepat selesai," ujarnya, Kamis (2/5/2019). 

Pada Kamis (11/4/2019), sebelum ledakan gas, dia menyebut kompor yang biasa digunakan itu tak bisa dinyalakan. Kemudian, pihaknya telah melaporkan kepada petugas PT Perusahaan Gas Negara, Tbk untuk melakukan pengecekan. Namun, ternyata dari hasil pengecekan tersebut tak diperoleh penyebab pasti mengapa kompor tak bisa dinyalakan. 

"Kompor itu cuma dilap-lap aja. Cuma kata tukang gas itu, itu ada gas bocor cuma enggak tahu di mana," katanya. 

Saat kejadian, kedua korban tengah berada di lantai 2 ruko dan bersiap beribadah salat magrib. Ana yang tak berada di lokasi mendapat kabar dari karyawan dan segera menyusul ke rumah sakit. Keduanya mengalami luka bakar parah.

Rahmat pemilik kedai sate kerang meninggal dunia setelah kurang lebih sepekan menjalani perawatan yang kemudian disusul istrinya selang beberapa hari setelahnya. 

Ana yang menemani keduanya di rumah sakit merasa tak mendapat perhatian dari pihak kepolisian dan PGN sebagai penyedia pasokan gas bahkan hingga dua orang yang disayanginya meninggal dunia.   

Sepekan lalu, dia menyebut terdapat pihak dari laboratorium yang mendatangi lokasi dan mengambil sampel. Namun, menurutnya, sebagai konsumen keluarga korban seharusnya mendapat informasi yang memadai.

"Ada orang yang baju putih itu mau ngambil sampel di situ. Cuma kami enggak tahu apa yang diambil. Kami juga sedih kehilangan orang yang kami sayangi, tetapi apa yang harus kami perbuat?"

Dia memastikan selama ini kebutuhan gas kedai dipasok dari jaringan pipa PGN meskipun di lokasi ditemukan empat tabung gas liquefied petroleum gas (LPG) ukuran 3 kg dan satu tabung LPG ukuran 12 kg dalam kondisi kosong.

Menurutnya, kepastian informasi tersebut sudah disampaikan saksi dari karyawan setelah ledakan terjadi. Setelah karyawan memberikan kesaksian, pihaknya belum mendapatkan  informasi baru tentang proses penyelidikan.   

"Itu gas dibawa, gas 3 kg 4 biji, gas 12 kg sebiji. Itu posisinya semua kosong. Seandainya itu meledak satu, itu meledak semua dan itu kepalanya masih murni, bersih, cantik. Memang ada satu dibungkus plastik tapi itu semua tidak ada isinya," kata Ana. 

Dihubungi terpisah, Kabid Humas Polda Sumut Kombes Pol Tatan Dirsan mengatakan hingga saat ini proses penyelidikan masih berlangsung. Dengan demikian, kesimpulan terhadap pihak mana yang bersalah belum bisa didapatkan. 

"Sampai sekarang proses penyelidikan masih berlangsung," ujarnya. 

Sementara itu, Kepala Sales Area PGN Medan Saeful Hadi mengatakan pihaknya menanti hasil investigasi dari pihak kepolisian. Meskipun, dari hasil penyelidikan internal tak terjadi kerusakan pada instalasi gas. 

"Kami enggak bisa mengeluarkan [keterangan tentang proses penyelidikan]. Kami kan enggak melakukan dan enggak punya kemampuan untuk melakukan investigasi. Kami tunggu aja." 

Menurutnya, perusahaan sebagai penyedia layanan memang rutin melakukan perawatan infrastruktur dari meteran hingga jaringan pipa. Namun, dia menilai selain wilayah itu, kerusakan di luar tanggung jawab perusahaan. 

"Tugas kami sampai di meter. Dalam sampai ke peralatan [di dapur] tanggung jawab pelanggan. Yang punya kami dari jalan sampai ke meter."

Saeful pun menyebut tak ada petugas lapangan yang menangani keluhan konsumen sebelum ledakan gas terjadi. Dia mengaku tak mendengar informasi tentang keluhan kerusakan fasilitas.

Dia enggan berspekulasi tentang keterangan-keterangan yang muncul selain dari pihak yang berwajib. Pastinya, perusahaan menanti proses investigasi yang masih berlangsung.

"Itu kan katanya. Tunggu dari investigasi lah. Setahu kami enggak ada [petugas lapangan yang melakukan pengecekan sebelum ledakan]." 

  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Miftahul Ulum

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper