Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Permintaan Sarung Tangan Karet Global Diperkirakan Tumbuh 10% Pertahun

Permintaan sarung tangan karet global konsisten di kisaran 8% hingga 10% pertahun.
Chief Executive Officer PT Mark Dynamics Indonesia Tbk. (MARK) Ridwan Goh (kanan) menjelaskan tentang program peningkatan kapasitas pabrik kepada Presiden Direktur Bisnis Indonesia Group Lulu Terianto saat melakukan kunjungan ke pabrik di Tanjung Morawa, Senin (15/4/2019)./Bisnis-M. Abdi Amna
Chief Executive Officer PT Mark Dynamics Indonesia Tbk. (MARK) Ridwan Goh (kanan) menjelaskan tentang program peningkatan kapasitas pabrik kepada Presiden Direktur Bisnis Indonesia Group Lulu Terianto saat melakukan kunjungan ke pabrik di Tanjung Morawa, Senin (15/4/2019)./Bisnis-M. Abdi Amna
Bisnis.com, MEDAN - Permintaan sarung tangan karet global konsisten di kisaran 8% hingga 10% pertahun.
Presiden Direktur PT Mark Dynamics Indonesia, Tbk, Ridwan Goh mengatakan sarung tangan karet dibutuhkan sektor industri, kesehatan, farmasi, makanan dan minuman, elektronik dan rumah tangga. Dengan demikian, tingginya permintaan sarung tangan karet mendorong produsen cetakan sarung tangan memacu kemampuan produksi pabrik yang terletak di Tanjung Morawa, Sumatra Utara itu.
Adapun, perusahaan memanfaatkan peluang tersebut dengan meningkatkan kemampuan produksi pabrik. 
Dia memperkirakan konsumsi sarung tangan karet di tahun 2019 secara global bakal menyentuh 300 miliar unit, dengan nilai pasar mencapai US$4,8 miliar atau sekira Rp67,87 triliun. 
"Perseroan akan mengambil peran penting dalam pertumbuhan pasar yang menjanjikan pada produk sarung tangan karet," ujarnya, dalam keterangan resmi, Senin (22/4/2019).
Lebih lanjut, dia menuturkan perusahaan bakal terus memacu produksi pabrik seiring dengan semakin kompetitifnya produsen cetakan sarung tangan karet. Sebagai gambaran, dia menyebut Malaysia berkontribusi sebesar 63%, diikuti Thailand 18%, China 10% dan Indonesia 3%.
Sementara itu, permintaan diproyeksi bakal terus datang dari negara di Eropa, Amerika dan Jepang. Di sisi lain, negara di Asia seperti China, India dan Indonesia terus tumbuh konsumsinya meskipun kini tercatat sebagai negara dengan konsumsi terendah. 
Oleh karena itu, Ridwan optimistis perusahaan bisa meraup keuntungan lebih tinggi di tahun ini. Sebagai gambaran, pada 2018 produksi cetakan sarung tangan mencapai 6,4 juta unit atau meningkat sebesar 28% dibandingkan dengan 5 juta unit pada tahun 2017.
Peningkatan produksi ini diikuti dengan peningkatan nilai penjualan sebesar 35,7% dibandingkan dengan tahun 2017 sebesar Rp239,79 miliar menjadi Rp325,47 miliar pada 2018. Adapun, nilai ekspor mencapai Rp303,33 miliar atau berkontribusi sebesar 93,20% dari total penjualan Perseroan. 
Sepanjang 2018, perusahaan membukukan laba komprehensif sebesar 67,09% menjadi Rp82,29 miliar, dibandingkan tahun 2017 sebesar Rp49,25 miliar, dengan rasio margin laba komprehensif yang juga meningkat menjadi 25,28% 
dibandingkan dengan tahun 2017 sebesar 20,54%.
"Permintaan cetakan sarung tangan pun tidak akan mengalami penurunan mengingat untuk setiap cetakan masa pakai maksimum hanya satu tahun."

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper