Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dewan Sawit Bahas Penurunan Bea Masuk hingga Impor Gula India

Setidaknya terdapat tujuh inti pembahasan dalam pertemuan tersebut.
Petani memindahkan kelapa sawit hasil panen ke atas truk./JIBI-Rachman
Petani memindahkan kelapa sawit hasil panen ke atas truk./JIBI-Rachman

Bisnis.com, MEDAN — Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) bertemu dengan asosiasi ekstraktor solven India (SEA) membahas sejumlah agenda termasuk peluang penurunan bea masuk produk sawit Indonesia ke India hingga impor gula asal India.

Ketua Umum DMSI Derom Bangun mengatakan setidaknya terdapat tujuh inti pembahasan dalam pertemuan tersebut.

Pertama, upaya memperbaiki citra minyak sawit di depan konsumen India. Kedua, harmonisasi tarif bea masuk ke India. Ketiga, kampanye melalui penetapan hari minyak sawit dunia.

Keempat, opsi mengimpor gula asal India agar ekspor minyak sawit ke India berjalan mulus. Kelima, upaya penurunan tarif pajak ekspor minyak sawit.

Keenam, opsi pengajuan insentif ekspor minyak sawit bersertifikat ISPO sehingga minyak sawit yang diekspor bisa diterima sebagai produk yang memenuhi syarat keberlanjutan. Terakhir, kekhawatiran diskriminasi produk minyak sawit yang berujung pada masalah keberlanjutan.

Menurutnya, baik SEA, DMSI dan Solidaridad belum mengeluarkan kesepakatan untuk biaya kampanye pemulihan citra minyak sawit guna mendorong juga pemberian insentif fiskal agar ekspor minyak sawit ke India bisa pulih. Pastinya, India sebenarnya masih membutuhkan pasokan minyak sawit meskipun kini mulai tergeser oleh minyak kedelai dan minyak biji bunga matahari.

Sebagai gambaran, dia menyebut ekspor minyak sawit masih bisa naik dari volume saat ini sekira 6 juta ton pertahun.

"India mengimpor 9 juta ton pertahun dan 6 juta ton di antaranya dari Indonesia," ujarnya seusai melakukan pertemuan di Medan, Selasa (26/3/2019).

Dia berujar Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) mau mengeluarkan biaya kampanye positif produk minyak sawit. Kendati demikian, masih belum disetujui apakah BPDPKS akan menanggung seluruh biayanya.

Alasannya, kampanye positif ini tak hanya bisa memengaruhi pasar di India melainkan, pasar lain di sekitarnya seperti Pakistan dan Bangladesh. Oleh karena itu, masih dipertimbangkan besar dana kampanye yang dikeluarkan juga siapa saja yang harus berkontribusi.

"[Kampanye akan] berpengaruh ke negara lain seperti Pakistan dan Bangladesh yang merupakan pasar sawit yang besar juga," katanya.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua SEA, Atul Chaturvedi mengatakan impor minyak sawit India sebenarnya bisa tumbuh. Sayangnya, dalam kurun waktu sekira dua hingga tiga tahun ini justru stagnan karena kebutuhan minyak sawit terpangkas akibat pasokan minyak kedelai dan minyak biji bunga matahari.

Dia pun berharap agar dalam pertemuan bisa dihasilkan peta jalan sehingga impor produk minyak sawit Indonesia bisa terkerek naik.

"Impor CPO ke India dari Indonesia stagnan dan semua kenaikan konsumsi telah dipenuhi dari minyak kedelai dan minyak bunga matahari," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Miftahul Ulum

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper