Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IKM di Sumsel Diminta Manfaatkan Program Restrukturisasi Mesin

Pemerintah memberikan potongan harga (reimburse) sebesar 25%-30% untuk pembelian mesin produksi baru.
Kasubdit Program Pengembangan IKM Kimia, Sandang, Kerajinan dan Industri Aneka Kemenperin, Rifki Yuswandi (kanan) menyaksikan pemberian mesin/peralatan produksi kepada pelaku IKM di Sumsel./Bisnis-Dinda Wulandari
Kasubdit Program Pengembangan IKM Kimia, Sandang, Kerajinan dan Industri Aneka Kemenperin, Rifki Yuswandi (kanan) menyaksikan pemberian mesin/peralatan produksi kepada pelaku IKM di Sumsel./Bisnis-Dinda Wulandari

Bisnis.com, PALEMBANG – Industri kecil dan menengah atau IKM di Sumatra Selatan diminta untuk memanfaatkan program restrukturisasi mesin yang disediakan Kementerian Perindustrian sehingga dapat meningkatkan kemampuan teknologi produksi industri tersebut.

Kasubdit Program Pengembangan IKM Kimia, Sandang, Kerajinan dan Industri Aneka Kemenperin, Rifki Yuswandi, mengatakan pemerintah memberikan potongan harga (reimburse) sebesar 25%-30% untuk pembelian mesin produksi baru.

“Namun demikian [program] itu belum dimanfaatkan secara optimal karena pelaku IKM seringkali terkendala persyaratan untuk pengajuan,” katanya saat kegiatan Bimtek dan serah terima fasilitasi mesin/peralatan IKM di Palembang, Senin (26/3/2019) petang.

Rifki memaparkan syarat utama yang harus dipenuhi oleh IKM untuk mengikuti program tersebut adalah memiliki legalitas usaha berupa izin usaha industri (IUI) atau izin usaha mikro kecil (IUMK).

“Pelaku sulit memenuhi syarat legalitas itu oleh karena itu kami berharap pihak terkait bisa memfasilitasi perizinan untuk IKM di Sumsel,” katanya.

Dia menjelaskan sebetulnya pengembangan IKM yang dilakukan Kemenperin telah menyentuh setiap sisi, mulai dari hulu di mana pihaknya menyediakan bantuan alat dan bimtek hingga hilir dengan memperluas akses pasar IKM.

Rifki mencontohkan, saat ini terdapat empat kelompok usaha Bersama (KUB) yang menerima bantuan mesin/peralatan produksi di Sumsel.

Setiap kelompok terdiri dari 20 sampai 25 pelaku IKM dengan berbagai macam industri, yakni industri mebel di Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU), konveksi di Kota Palembang dan perbengkelan roda dua di Kabupaten OKU Timur.

“Kami juga memberikan peralatan produksi untuk pengolahan daging, konveksi, batu bata dan perbengkelan roda dua serta las,” paparnya.

Sementara untuk perluasan akses pasar, kata Rifky, saat ini Ditjen IKMA telah membuat program e-smart IKM yang mendorong pelaku tidak hanya memasarkan produknya secara konvensional tapi juga merambah pasar digital.

“Saat ini Ditjen IKMA telah bekerja sama dengan beberapa marketplace, seperti BukaLapak, Shopee, Blibli, Blanja.com, Tokopedia, GoFood, Dusdusan dan Rarali untuk mendukung program itu,” katanya.

Berdasarkan kajian yang dilakukan Google dan Temasek, Indonesia diprediksi akan memegang peranan signifikan dalam perkembangan e-commerce di Asia Tenggara, di mana potensi nilai transaksinya mencapai sekitar 52% dari pasar e-commerce Asia Tenggara yang senilai US$46 miliar pada 2025.

“Sehingga nantinya diharapkan produk IKM dapat menguasai pasar dalam negeri dan bersaing dengan produk dari luar negeri,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dinda Wulandari
Editor : Miftahul Ulum

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper