Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mata Rantai Perdagangan Beras di Sumsel Terpanjang di Indonesia

Mata rantai perdagangan beras di Sumatra Selatan tercatat menjadi yang terpanjang di Indonesia ketimbang daerah lain sehingga kenaikan harga beras dari produsen ke konsumen bisa sampai 28,58%.n 
Pekerja mengangkat karung isi beras di Gudang Beras Bulog, Makassar, Sulawesi Selatan, Kamis (3/1/2019)./ANTARA-Abriawan Abhe
Pekerja mengangkat karung isi beras di Gudang Beras Bulog, Makassar, Sulawesi Selatan, Kamis (3/1/2019)./ANTARA-Abriawan Abhe
Bisnis.com, PALEMBANG – Mata rantai perdagangan beras di Sumatra Selatan tercatat menjadi yang terpanjang di Indonesia ketimbang daerah lain sehingga kenaikan harga beras dari produsen ke konsumen bisa sampai 28,58%.
 
Berdasarkan survei pola distribusi (Poldis) 2018 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Sumsel, distribusi perdagangan beras melibatkan hingga empat rantai.
 
Kepala BPS Sumsel, Endang Tri Wahyuningsih, mengatakan rantai distribusi beras di Sumsel mulai dari produsen (penggilingan), agen, pedagang grosir dan pedagang eceran sebelum tiba di konsumen.
 
“Pada survey terbaru ini terjadi penambahan rantai dalam distribusi beras di Sumsel. Sebelumnya, pendistribusian beras dari produsen ke pedagang pengecer hanya melalui agen sekarang ditambah pedagang grosir,” katanya, Jumat (1/3/2019).
 
Menurut dia, potensi pola terpanjang distribusi perdagangan beras terjadi di provinsi itu sedangkan potensi pola terpendek distribusi perdagangan beras berada di Provinsi Sulawesi Tenggara.
 
Endang menerangkan panjangnya mata rantai distribusi beras itu berdampak pada besaran margin perdagangan dan pengangkutan (MPP). Di mana, Sumsel juga tercatat menjadi provinsi yang memiliki MPP terbesar di Tanah Air untuk komoditas beras sebesar 28,58%.
 
Namun demikian, kata Endang, kenaikan MPP komoditas beras di Sumsel lebih berdasarkan stok beras di agen mengalami penurunan akibat habisnya pasokan dari petani.
 
“Padahal permintaan beras dari pengecer atau pedagang lainnya semakin banyak. Akibatnya pasokan beras ke pedagang eceran dikurangi, yang harganya disesuaikan dengan harga pasaran,” katanya.
 
Sementara itu, serapan pasokan beras ke Gudang Bulog yang diterima petani masih minim. Minimnya serapan beras karena petani mematok harga yang tinggi, bahkan melebihi Harga Pembelian Pemerintah (HPP).
 
Hanya saja, kata dia, memang harga yang ditawarkan petani di atas harga rata-rata. Harga yang ditawarkan Bulog Rp8.030 per kg di Gudang Bulog sedangkan sekarang petani menjual beras masih di atas harga, yakni Rp 8.200 per kg dengan kualitas apa adanya.      
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dinda Wulandari
Editor : Miftahul Ulum
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper