Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kendalikan Inflasi, Pemprov Sumut Awasi Harga Cabai 

Wakil Gubernur Sumatra Utara Musa Rajekshah mengatakan akan melakukan pengawasan pergerakan harga, khususnya cabai, yang mempunyai andil terbesar pada inflasi di Sumut.
Ilustrasi cabai/Reuters
Ilustrasi cabai/Reuters

Bisnis.com, MEDAN – Wakil Gubernur Sumatra Utara Musa Rajekshah mengatakan akan melakukan pengawasan pergerakan harga, khususnya cabai, yang mempunyai andil terbesar pada inflasi di Sumut.

Pengawasan harga cabai perlu dilakukan mulai dari saat panen di tingkat petani hingga di pasaran. Apalagi, harga cabai di provinsi lain relatif lebih tinggi dari Sumut sehingga banyak cabai asal Sumut yang dijual ke provinsi lain. Akibatnya, pasokan cabai di daerah ini menjadi langka dan harganya cenderung naik.

"Ini yang menjadi tugas kita, bagaimana komoditi kita ini tidak keluar ke provinsi lain. Bagaimana kita sebagai pemerintah bisa membantu mengawasi harga,” ujarnya di Medan, Selasa (6/11/2018).

Musa Rajekshah yang biasa disapa Ijeck mengatakan pengendalian inflasi di Sumut memerlukan kerja sama dan dukungan dari unsur Forkopimda Sumut salah satunya adalah Kepolisian dalam pengawasan harga di lapangan.

Selain itu menurutnya perlu dilakukan pembinaan bagi petani untuk meningkatkan produksi komoditas tanaman, khususnya cabai, dengan pemanfaatan teknologi pertanian. 

Bank Indonesia Sumut menyatakan beberapa komoditas yang banyak mempengaruhi inflasi yakni bawang merah, beras, cabai merah, cabai rawit, daging ayam  dan angkutan udara. Cabai merah tercatat memiliki andil terbesar terhadap inflasi sebesar 0,91%.

Pjs Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sumut Hilman Tisnawan mengatakan  upaya pengendalian harga yang dirumuskan TPID meliputi jangka pendek seperti operasi pasar maupun jangka panjang. Misalnya percepatan pembentukan BUMD seperti PD Pasar Jaya yang memudahkan pengawasan harga.

Lebih lanjut Hilman menyebutkan upaya lainnya yakni membangun sistem bantuan kepada petani. Seperti diketahui pemerintah sering memberi bantuan alat-alat sarana produksi dan benih tetapi tidak berkelanjutan. 

“Oleh karenanya, ke depan polanya diubah menjadi membina petani bagaimana mereka melakukan kelembagaannya secara modern, serta diajari mencatat keuangan sehingga petani itu benar-benar menjadi petani, bukan hanya bergantung kepada bantuan," katanya.

TPID juga merumuskan upaya untuk memperkuat hilirisasi seperti pengolahan sambal cabai sehingga hasilnya dapat tertampung jika hasil panen melimpah. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Ropesta Sitorus
Editor : Saeno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper