Bisnis.com, PALEMBANG -- Pelemahan nilai tukar rupiah belakangan waktu ini menjadi ancaman nyata seluruh lini bisnis di tanah air tak terkecuali bisnis properti di Sumatra Selatan.
Pengamat Properti Sumsel Novrizal Handoko mengatakan, pelaku bisnis properti pasti merasakan langsung dampak kondisi pelemahan rupiah.
Baik itu pengembang maupun kontraktor yang bermain di bangunan vertikal dan komersial seperti apartement, mal, pusat perbelanjaan dan gedung perkantoran.
"Hal itu dikarenakan sektor ini menggunakan banyak komponen yang dibeli dengan menggunakan dollar AS," katanya, Kamis (6/9/2018).
Sedangkan untuk properti landed, kata dia, tidak terlalu besar dan langsung pengaruhnya tapi tetap dan berpengaruh karena turunan dari dampak melemahnya rupiah.
Tetapi, ada faktor yang sangat berpengaruh dari turunan pelemahan rupiah ini ke proyek pembangunan perumahan (landed house) yaitu tentang keyakinan (confidence) calon pembeli untuk berinvestasi.
"Maksudnya adalah bahwa pelemahan rupiah ini selalu membawa isu-isu dan dugaan serta prediksi," katanya.
Hal inilah yang kemudian membawa ketakutan dan kurangnya keyakinan pada calon pembeli, akhirnya mereka lebih memilih untuk menunda pembelian baik itu untuk investasi maupun untuk ditempati karena dalam pemikiran yang terbangun menyimpan uang adalah pilihan yang paling aman untuk keadaan sekarang.
Untuk meningkatkan keyakinan, perlunya inovasi dan kreativitas dari pengembang khususnya perumahan komersial.
"Dengan adanya kreativitas yang menghasilkan gimmicks tulah nantinya animo masyarakat untuk membeli perumahan diharapkan bangkit kembali," katanya.
Selain itu, pengusaha properti pun khususnya yang bermain di sektor komersil harus menerima bahwa rasio profit dari properti ini untuk sekarang terkoreksi turun.
Artinya untuk landed house ada dampak tak langsung yang besar juga terjadi berupa penurunan animo. Belum lagi dampak yang akan diterima oleh pengembang yang membangun ready stock untuk memudahkan proses pencairan KPR dari perbankan.
"Hal-hal ini akan berpengaruh ke over supply sedangkan demand sangat rendah. Pelaku properti pastinya akan sangat berharap juga adanya kebijakan-kebijakan perbankan yang akan membantu menjaga stabilitas usaha industri ini," katanya
Sebelumnya, lanjut Novrizal, pengusaha properti telah memahami bahwa momen terbaik untuk penjualan adalah dari September 2018 sampai dengan Februari 2019 sehubungan dengan tahun politik, akan tetapi yang diluar prediksi pelemahan rupiah terjadi berkesinambungan hal inilah yang membuat pasar properti akan melemah kembali.
"Untuk bangkitnya pasar komersial ditahun ini diprediksi akan sulit. Selain banyaknya isu-isu ekonomi politik dan stabilitas nasional seperti biasa pada akhir-akhir tahun masyarakat cenderung melakukan evaluasi keuangan dan akan banyak menunggu perkembangan untuk mengambil langkah-langkah selanjutnya," katanya.
Sementara itu, Kepala Biro Perekonomian Pemprov Sumsel, Afrian Joni berpendapat pelemahan nilai tukar rupiah bisa berpotensi untuk menaikan sejumlah harga barang, khususnya barang-barang impor.
"Akan tetapi, efeknya tidak secara langsung terjadi, bisa saja baru akan terasa dalam waktu 1--2 bulan kedepan," katanya.
Pemprov Sumsel sendiri, kata dia, selaku Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) mencoba mitigasi risiko dampak yang mungkin terjadi di pasar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel