Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tahun Politik, Peluang UMKM untuk Tumbuh Lebih Tinggi

Di era perekonomian global dan domestik yang dinamis, ekonom menilai sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) akan dapat tumbuh lebih tinggi.
Presiden Joko WIdodo mengajukan pertanyaan kepada warga di sela peluncuran aturan penurunan tarif Pajak Penghasilan Final 0,5 persen bagi UMKM di Surabaya, Jawa Timur, Jumat (22/6/2018)./ANTARA-Zabur Karuru
Presiden Joko WIdodo mengajukan pertanyaan kepada warga di sela peluncuran aturan penurunan tarif Pajak Penghasilan Final 0,5 persen bagi UMKM di Surabaya, Jawa Timur, Jumat (22/6/2018)./ANTARA-Zabur Karuru

Bisnis.com, MEDAN – Di era perekonomian global dan domestik yang dinamis, ekonom menilai sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) akan dapat tumbuh lebih tinggi.

Hal itu dikatakan ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara dalam Entrepreneur Networking Forum yang digelar Bisnis Indonesia dan Bank BTPN di Medan, Sumatra Utara pada Kamis (19/7/2018).

“Saya lebih optimistis memandang peluang industri pada 2019, khususnya untuk UMKM dapat tumbuh lebih tinggi di tengah era digital dan tantangan tahun politik,” katanya.

Bhima menuturkan bahwa platform perdagangan digital atau e-commerce turut membantu pemasaran produk-produk UMKM. Keberadaan transportasi online yang juga memudahkan proses distribusi UMKM hingga ke level daerah juga membuat proses pengantaran makanan hingga jual beli barang menjadi lebih cepat dan murah.

Apalagi, dinamika ekonomi global seperti perang dagang antara Amerika Serikat dan China, selain membawa tantangan juga menyimpan peluang bagi pelaku UMKM, seperti yang bergerak di bidang elektronik dan minyak nabati.

Menurutnya, ini kesempatan yang harus digunakan secepatnya untuk masuk menggenjot ekspor China yang berpenduduk 1,3 miliar.

“Jadi kita harus memandang ekonomi di 2019 dengan rasa optimistis, event politik justru membawa banyak peluang bisnis, yang terpenting terus inovatif dan jeli membaca situasi. Permintaan global cukup solid, tapi pelaku usaha perlu mencermati efek perang dagang dan fluktuassi kurs rupiah,” tutur Bhima.

Dia memperkirakan perekonomian Indonesia pada 2019 akan tumbuh sekitar 5,2% dengan didukung sektor logistik, transportasi, konstruksi, dan perdagangan. Secara khusus untuk perekonomian Provinsi Sumatra Utara, diproyeksikan akan tumbuh di level 5,4% pada tahun depan.

Dalam tiga tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi Sumut selalu berada di atas rata-rata ekonomi nasional sebesar 5% (year on year), di atas rata-rata pertumbuhan Sumatra sebesar 4,43% (yoy).

Pertumbuhan tersebut menujukkan daya tahan ekonomi Sumut cukup baik di tengah dinamika kondisi ekonomi domestik maupun global. Faktor pendorong ekonomi di Sumut adalah sektor pertanian, perkebunan, industri pengolahan, perdagangan, dan konstruksi. Harga komoditas, khususnya minyak kelapa sawit dan karet, yang diharapkan segera mengalami pemulihan akan mendorong ekspor Sumut menjadi lebih tinggi.

“Kuncinya adalah memperbesar porsi industri pengolahan yang bernilai tambah dan penetrasi pasar domestik. Semakin besar produk bernilai tambah yang dihasilkan oleh Sumut, maka kekhawatiran fluktuasi harga komoditas tidak menjadi masalah utama lagi.”

Lebih lanjut, Bhima juga menyoroti sektor lain yang prospektif di Sumut yakni pariwisata dan pendukungnya, seperti kuliner serta suvenir dan perdagangan pada umumnya. Terlebih, bidang pariwisata juga memiliki efek langsung terhadap penyerapan tenaga kerja.

Mengutip data Badan Pusat Statistik, Bhima mengatakan sepanjang 2015-2017 bidang perdagangan, rumah makan dan jasa akomodasi mampu menyerap tambahan 1,11 juta tenaga kerja per tahun, paling tinggi dibandingkan sektor lainnya.

Pilkada dan Pilpres

“Momentum pilkada dan pilpres juga diharapkan menjadi stimulus tersendiri bagi dunia usaha, seperti bisnis akomodasi dan perhotelan, makanan jadi, air minum dalam kemasan, biskuit dan rokok. Tapi bisnis yang sensitif terhadap regulasi seperti Batubara mungkin akan ada efeknya, mereka akan wait and see menunggu ketidakpasatian selama tahun politik,” ujar Bhima.

Dalam kesempatan yang sama, Business Strategy & Alignment Head Business Banking PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk. (BTPN) Michael Jermia Tjahjamulia mengatakan bisnis yang berkaitan dengan leisure economy cukup prospektif di kota Medan.

“Trennya hampir mirip seperti Jakarta, usaha terkait leisure economy cukup ramai, seperti makanan, atau usaha yang menawarkan pengalaman. Apalagi Medan dekat dengan tempat-tempat wisata dan di sini transportasi online juga sudah aktif. Dua tahun lalu saya ke sebuah kedai kopi di Medan masih sepi, sekarang sudah penuh sampai ke halamannya,” ujarnya menjawab pertanyaan salah satu peserta forum.

Dari sisi perbankan, Michael mengatakan, pada dasarnya bank selalu mencari bisnis yang stabil ketika hendak memberi pembiayaan. Itu sebabnya, secara historis, eksposur bank di bidang usaha kreatif seperti restoran dan kafe tidak terlalu besar dibandingkan dengan sektor lainnya.

“Bagi BTPN tidak masalah bisnis kafe atau restoran, karena memang trennya mengarah ke sana. Kami mengamati perubahan seperti leisure economy serta industri kreatif sekarang ini, makanya kami punya beberapa produk yang sesuai dengan perkembangan zaman khususnya bagi unit BTPN Mitra Bisnis,” ujarnya.

Inovasi Layanan

Lewat unit usaha BTPN Mitra Bisnis, pihaknya terus melakukan inovasi produk dan layanan perbankan untuk memenuhi kebutuhan usaha modal kerja dan investasi usaha nasabah, khususnya para pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) dengan omzet hingga Rp50 miliar per tahun.

Sebanyak 60% nasabah Mitra Bisnis BTPN bergerak di bidang perdagangan, 20% dalam manufaktur serta 20% dalam bidang jasa.

Selain mengucurkan pembiayaan, lanjutnya, unit usaha BTPN Mitra Bisnis juga memberikan dukungan solusi nonkeuangan untuk pengembangan kapasitas nasabah dalam menjalankan usaha, serta pembukaan akses ke pasar yang lebih luas.

Perwujudannya antara lain lewat Program Daya, yakni program pemberdayaan yang berkelanjutan dan terukut dari BTPN, antara lain lewat bentuk pelatihan.

“Jadi kami berikan pinjaman dan kami berikan kapasitas pengembangan yang sesuai, misalnya lewat forum-forum atau dengan memberikan artikel yang menjawab kebutuhan,” ujarnya.

Michael menjelaskan, program tersebut dirancang untuk mendorong pelaku usaha naik kelas, antara lain tampak dari naiknya omzet dan laba usaha serta adanya ekspansi yang meningkatkan penyerapan tenaga kerja.

Dalam mendukung proses bisnis yang berorientasi pada kebutuhan serta kenyamanan nasabah, BTPN Mitra Bisnis juga memanfaatkan platform digital yang disebut AksesBisnis@BTPN (Akses Bisnis).

Platform digital berbasis web tersebut baru diperkenalkan pada April 2018 lalu untuk memudahkan nasabah BTPN Mitra Bisnis bertransaksi di mana pun dan kapan pun.

Beberapa transaksi yang dapat dilakukan mulai dari cek informasi saldo dan transaksi, hingga pengaturan rekening penerima favorit, multi dan single transfer dana, serta transaksi supplier financing – distributor financing.

Selain faktor kemudahan, beban-beban biaya yang timbul juga diklaim lebih dibandingkan dengan layanan perbankan lain di ATM maupun jaringan kantor fisik.

“Pelaku usaha tinggal unggah, lalu debet satu akun dan bayar ke ribuan karyawannya atau untuk pembayaran ke supplier dalam tanggal tertentu. Jadi pelaku usaha diharapkan tidak repot dalam menjalankan transaksi, tidak usah repot ke bank,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Ropesta Sitorus
Editor : Nancy Junita

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper