Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kenaikan Harga Rokok dan Angkutan Udara Pengaruhi Inflasi Palembang

Kota Palembang tercatat mengalami inflasi sebesar 0,14% pada Oktober 2018, yang dipicu kenaikan harga sejumlah komoditas seperti rokok kretek filter dan tarif angkutan udara.
Penjual melayani pembeli rokok di Jakarta, Rabu (19/9/2018)./ANTARA-Muhammad Adimaja
Penjual melayani pembeli rokok di Jakarta, Rabu (19/9/2018)./ANTARA-Muhammad Adimaja

Bisnis.com, PALEMBANG – Kota Palembang tercatat mengalami inflasi sebesar 0,14% pada Oktober 2018, yang dipicu kenaikan harga sejumlah komoditas seperti rokok kretek filter dan tarif angkutan udara.
 
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatra Selatan (Sumsel) Endang Tri Wahyuningsih mengatakan terdapat lima komoditas tertinggi penyumbang inflasi pada bulan lalu.
 
“Selain harga rokok dan angkutan udara yang naik, ada pula kenaikan harga beras, emas perhiasan dan biaya akademi atau perguruan tinggi,” paparnya, Kamis (1/11/2018).

Bahkan, biaya kuliah tercatat sebagai penyumbang terbesar untuk inflasi Oktober 2018, dengan andil sebesar 0,07%.
 
Secara keseluruhan, ada 88 komoditas yang mengalami kenaikan harga dari 386 komoditas yang dipantau BPS pada periode tersebut. Sementara itu, 44 komoditas lainnya mengalami penurunan harga.
 
Selain Palembang, kota-kota lain di Sumsel yang disurvei BPS adalah Lubuk Linggau. Pada Oktober 2018, inflasi di kota itu sebesar 0,03%.  

Dengan demikian, Sumsel mengalami inflasi sebesar 0,13% pada Oktober 2018, sedangkan inflasi tahun kalender sebesar 1,62%.
 
Sementara itu, Sekretaris Dinas Perhubungan (Dishub) Sumsel Uzirman Irwandi menerangkan kenaikan harga tiket angkutan udara tidak terlepas dari harga avtur.
 
“Penerbangan itu sangat dipengaruhi harga avtur, jika harga bahan bakarnya naik maka bakal berdampak terhadap harga tiket,” ujarnya.

Mengacu pada data International Air Transport Association (IATA), per 26 Oktober 2018, harga avtur internasional adalah US$94,69 per barel atau naik 0,1% dibandingkan bulan sebelumnya dan 32,3% secara year-on-year (yoy). Adapun harga rata-rata sepanjang tahun ini sebesar US$87,7 per barel.
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dinda Wulandari
Editor : Annisa Margrit
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper