Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Akademisi Nilai Upaya Diversifikasi Pangan Tidak Berjalan

Diversifikasi pangan yang diupayakan oleh pemerintah dinilai tidak berhasil karena ketergantungan terhadap beras masih tinggi.
Sagu, sumber pangan dan energi./Ilustrasi-Antara
Sagu, sumber pangan dan energi./Ilustrasi-Antara

Bisnis.com, JAKARTA - Diversifikasi pangan yang diupayakan oleh pemerintah dinilai tidak berhasil karena ketergantungan terhadap beras masih tinggi.

Guru Besar Institut Pertanian Bogor Dwi Andreas menilai upaya pemerintah untuk menggalakkan diversifikasi pangan dan programnya sama sekali tidak berjalan. Bahkan, menurutnya, keragaman pangan mulai terkikis dengan terbatasnya jenis bahan pangan yang tersedia di pasaran atau dikonsumsi oleh rumah tangga.

"Kita mengalami kemunduran karena pangan kita semakin mengerucut pada dua jenis komoditas yaitu beras dan gandum sedangkan sumber pangan lokal semakin hilang. Banyak program pemerintah hanya retorika belaka bukan program yang secara serius berusaha mengatasi permasalahan ini. Dengan tegas saya menyatakan diversifikasi pangan gagal total," katanya kepada Bisnis, Senin (15/10).

Sebagaimana diketahui, Kementerian Pertanian membuat program pengembangan pangan lokal, yang menyasar komoditas antara lain sagu, aneka umbi, hingga labu kuning sebagai sumber karbohidrat alternatif untuk diversifikasi pangan.

Dwi mencontohkan beberapa komoditas untuk sumber karbohidrat itu banyak yang hilang dari konsumsi masyarakat misalnya  gembili, uwi, ganyong. Lalu di Indonesia Timur ada sagu dan sorgum yang semuanya sebatas pangan pelengkap bukan lagi menjadi bahan utama untuk pemenuhan karbohidrat.

Dwi menjelaskan diversifikasi pangan mulai bergeser sejak periode 1980 ketika kebijakan pangan diubah menjadi kebijakan beras sehingga seluruh sumber daya negara digunakan untuk memenuhi kebutuhan beras masyarakat dan menciptakan swasembada.

"Bantuan-bantuan pangan pun tidak diwujudkan dalam bentuk pangan lokal tapi juga beras. Misalnya raskin, orang Papua pun mendapatkan bantuan pangan dalam bentuk beras, sehingga beras mengubah pola makan masyarakat setempat. “

Maka dari itu, Dwi yang juga Ketua Umum Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia (AB2TI) menyarankan supaya anggaran untuk diversifikasi pangan harus diperbesar pemerintah.

"Di banyak negara anggaran untuk diversifikasi pangan itu besar dan konsisten. Di Amerika Serikat itu disebutnya nutrition food dalam artian pangan bernutrisi bukan hanya karbohidrat jadinya," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper