Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

El Nino dan Bencana Bisa Mentahkan Klaim Surplus Beras

Musim kemarau yang panjang diyakini akan berdampak terhadap produksi padi nasional.
Pekerja menjemur gabah di tempat pengeringan gabah di Desa Pilangrejo, Wonosalam, Demak, Jawa Tengah, Selasa (16/1/2018)./Antara-Aji Styawan
Pekerja menjemur gabah di tempat pengeringan gabah di Desa Pilangrejo, Wonosalam, Demak, Jawa Tengah, Selasa (16/1/2018)./Antara-Aji Styawan

 Bisnis.com, JAKARTA - Musim kemarau yang panjang diyakini akan berdampak terhadap produksi padi nasional.

Rentetan bencana di sentra produksi pangan ditambah lagi dengan fenomena El Nino yang bakal terjadi pada November 2018 hingga Maret 2019 membuat produksi pangan, khususnya padi makin tergerus.

Pengamat Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) Khudori mengatakan, kemarau panjang yang diikuti El Nino jelas bukan situasi yang bersahabat bagi pertanian padi. Padi merupakan komoditas yang membutuhkan banyak air dalam pengembangannya. 

“Padi itu salah satu tanaman pangan yang membutuhkan banyak air,” ujarnya.

Curah hujan yang akan menyusut mengingat musim kemarau disusul dengan El Nino membuat sawah yang mengandalkan pengairan dari air hujan berproduksi tidak optimal. 

Ketidakoptimalan panen di tahun depan pun makin terlihat, dengan banyaknya sawah yang rusak di daerah-daerah terdampak bencana. Padahal, daerah terkena bencana, yaitu Sulawesi Tengah dan Nusa Tenggara Barat (NTB) merupakan lumbung padi yang jika dikalkulasi produksinya bisa mencapai 3 juta ton setiap tahun. 

 “Kalau rusak setengahnya saja, bisa kehilangan potensi 1,5 juta ton padi,” kata Khudori.  

Akademisi ini juga meragukan  klaim Kementan bahwa kekeringan dan bencana tak memengaruhi stok pangan nasional.

“Dari beberapa lembaga menyatakan, koreksi terhadap produksi padi itu ada yang 13%, 17%, sampai 37%,” ungkapnya. 

Pengamat pertanian UGM Andi Syahid Muttaqin mengatakan senada. Kondisi musim kemarau di Indonesia pada tahun ini memang sangat unik. Bagian utara Khatulistiwa memang tidak mengalami musim kemarau berkepanjangan. Bahkan saat ini sudah memasuki musim hujan.

Namun, daerah selatan Indonesia yang dekat dengan Australia justru mengalami musim kemarau dengan tingkat yang parah dan lama. Hal ini tak terlepas dari fenomena alam berupa Munson India. 

Pakar agroklimatologi ini memperkirakan musim kemarau panjang karena Munson India ini bisa berakhir di 10 harian pertama November. Sayangnya, pada waktu yang sama sudah muncul siklus El Nino yang mengurangi intensitas curah hujan, dibandingkan dengan musim-musim hujan yang lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper