Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ahli Perminyakan Dorong Percepatan Pemanfaatan Blok East Natuna

Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia (IATMI) mendorong pemerintah mempercepat realisasi pemanfaatan sumber minyak dan gas (migas) di Blok East Natuna, Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau.

Bisnis.com, PADANG—Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia (IATMI) mendorong pemerintah mempercepat realisasi pemanfaatan sumber minyak dan gas (migas) di Blok East Natuna, Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau.

Ketua Umum IATMI Tutuka Ariadji mengatakan kawasan Natuna memiliki potensi migas sangat besar, dan perlu dimanfaatkan dengan baik untuk kebutuhan energi dalam negeri dan kebutuhan ekspor.

“Potensi gasnya sangat besar. Kalau dibandingkan zaman Arun [ladang gas Arun di Aceh] dulu jumlahnya dua kali lipat lebih banyak,” katanya, di sela Simposium IATMI di Padang, Selasa (2/10/2018).

Menurutnya, pemerintah juga perlu meningkatkan demand penggunaan gas untuk kebutuhan domestik, misalnya, untuk kebutuhan listrik yang selama ini menggunakan bahan bakar minyak (BBM) solar dialihkan menggunakan gas, kebutuhan industri petrokimia, dan yang lain.

Dia mengatakan pengembangan Blok East Natuna guna meningkatkan produksi gas itu perlu ada kebijakan untuk meningkatkan permintaan domestik, sehingga proyek yang tertunda sangat lama itu bisa berjalan.

Adapun, saat ini lapangan gas baru yang sudah berproduksi di dalam negeri terutama di Indonesia Timur yang diprioritaskan untuk ekspor.

Direktur Hulu PT Pertamina Dharmawan Samsu mengatakan sejak tahun lalu perseroan sudah ditugaskan pemerintah untuk mengelola Blok East Natuna.

“Kami masih lakukan pengkajian untuk langkah – langkah pengembangan Blok Natuna ini ke depannya,” kata Samsu.

Menurutnya, meski sudah ditunjuk pemerintah, Pertamina masih melakukan kajian strategis, termasuk mencari mitra untuk menggarap ladang migas potensial tersebut, sehingga hasil yang didapat bisa sesuai harapan.

Untuk diketahui, tantangan lain pengembangan Blok East Natuna adalah tingginya kandungan karbondioksida (CO2) yang mencapai 75%, sehingga membutuhkan anggaran besar untuk pemisahan CO2 dengan gas bumi.

Adapun, potensi gas di daerah itu mencapai 222 triliun kaki kubik, dengan potensi gas yang recoverable sebesar 46 tcf atau setara 8,383 miliar barel minyak.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Heri Faisal
Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper