Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

OPEC Respons Dingin Permintaan Trump Turunkan Harga Minyak

Permintaan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump agar OPEC mengambil langkah untuk menekan harga minyak di pasar dunia direspons dingin.
Ilustrasi/Bisnis.com
Ilustrasi/Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA – Permintaan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump agar OPEC mengambil langkah untuk menekan harga minyak di pasar dunia direspons dingin. Kartel produsen minyak tersebut menyatakan akan meningkatkan produksi hanya jika pelanggan memintanya.

Berlawanan dengan perubahan kebijakan sebelumnya yang didorong oleh provokasi Trump, Arab Saudi, Rusia, dan sekutu-sekutu mereka justru mengisyaratkan kurangnya urgensi dan berhenti menjanjikan penurunan volume minyak mentah.

“Rencana kami adalah untuk memenuhi permintaan,” kata Menteri Energi Saudi, Khalid Al-Falih, setelah bertemu dengan menteri-menteri lain di Aljazair pada hari Minggu (23/9/2018), seperti dikutip Bloomberg.

“Alasan Arab Saudi tidak meningkatkan lebih banyak [produksi minyak] adalah karena semua pelanggan kami menerima semua barel yang mereka inginkan.”

Meski demikian, lanjut Al-Falih, pihak Kerajaan Saudi memang berharap akan memompa lebih banyak produksi pada bulan September dan meningkatkannya pada bulan Oktober.

Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan para sekutunya hanya separuh jalan menuju janji mereka pada Juni untuk memompa 1 juta barel per hari minyak mentah ekstra untuk mengisi kesenjangan akibat keruntuhan ekonomi di Venezuela dan sanksi AS terhadap Iran.

Al-Falih, yang secara terbuka menyuarakan keprihatinan tentang kekuatan permintaan dan ekspansi stok minyak, mengatakan mereka mungkin hanya akan mencapai target itu dalam dua hingga tiga bulan.

Minimnya tanggapan langsung terhadap permintaan Trump menambah spekulasi tentang kemampuan ataupun keinginan OPEC untuk mendorong minyak turun dari kisaran level US$80 per barel.

Ini menunjukkan bahwa tujuan Trump untuk melumpuhkan perekonomian Iran melalui sanksi tanpa menaikkan harga secara signifikan dapat terbukti sulit dipahami.

“Ini adalah saat ketidakpastian yang besar di pasar minyak, mulai dari output Iran pascasanksi hingga ekonomi dan permintaan global,” kata Jason Bordoff, direktur Pusat Kebijakan Energi Global di Universitas Columbia di New York. Di Aljazair, Arab Saudi dan negara lainnya telah memberi diri mereka “keluwesan untuk menanggapi kondisi pasar yang berubah.”

Tidak jelas apakah itu akan cukup bagi Trump. Harga minyak mentah Brent naik di atas level US$80 per barel pekan lalu, sehingga memprovokasi Trump untuk kembali menyerang OPEC melalui media sosialnya.

Dalam akun Twitternya, Trump mengatakan bahwa OPEC beserta sekutu-sekutunya harus menghentikan monopoli dan agar menekan harga minyak mentah turun.

“Kami melindungi negara-negara Timur Tengah, mereka tidak akan aman untuk waktu yang lama tanpa kami, namun mereka terus mendorong harga minyak yang lebih tinggi dan lebih tinggi! Kami akan ingat. Monopoli OPEC harus menurunkan harga sekarang!,” cuit Trump.

Sebelumnya, pada Juni, Trump berhasil mendorong OPEC dan sekutunya setuju untuk menekan upaya pemangkasan produksi yang telah disepakati dan menambah 1 juta barel per hari minyak mentah.

Rusia menindaklanjuti janji itu. Data terbaru menunjukkan lonjakan produksi minyak negeri tersebut ke rekor terbarunya pasca era Soviet. Namun, pro5duksi Arab Saudi sendiri sebenarnya turun pada Juli di tengah tanda-tanda bahwa mereka tidak dapat menemukan cukup pembeli.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper