Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Batam Belajar ke Tiongkok soal Logistik & Perdagangan

BP Batam akan memperkuat pembangunan infrastruktur logistik dan sistem perdagangan di Batam. Lembaga non struktural ini percaya, penguatan pada kedua sistem tersebut akan mampu meningkatkan kinerja industri manufaktur dan pariwisata Batam.
Jembatan Tengku Fisabilillah atau dikenal dengan Jembatan Barelang terlihat dari udara di Batam, Kepulauan Riau, Minggu (9/4/2017)./JIBI-Dwi Prasetya
Jembatan Tengku Fisabilillah atau dikenal dengan Jembatan Barelang terlihat dari udara di Batam, Kepulauan Riau, Minggu (9/4/2017)./JIBI-Dwi Prasetya

Bisnis.com, BATAM – BP Batam akan memperkuat pembangunan infrastruktur logistik dan sistem perdagangan di Batam. Lembaga non struktural ini percaya, penguatan pada kedua sistem tersebut akan mampu meningkatkan kinerja industri manufaktur dan pariwisata Batam.

“Kami harus memastikan logistik dan sistem perdagangan berjalan dengan baik sebagai landasan. Setelah itu, diatasnya kita bangun industri manufaktur dan pariwista,” ujar Deputi Bidang Perencanaan BP Batam Yusmar Anggadinata.

Pola pengembangan ini dipelajari Yusmar dan timnya setelah berkunjung ke Tiongkok selama 3 Minggu. BP Batam mencoba menyerap beberapa model pnegelolaan dan pengembangan di sejumlah kawasan FTZ yang ada di Tiongkok.

BP Batam mencoba membandingkan pola pengelolaan FTZ dan konsep ekonomi di Batam dengan Tiongkok. Mulai dari tata ruang, infrastruktur  hingga pola pembiayaan, juga membandingkan kelembagaan dan kebijakannya.

Setelah menyerap sejumlah masukan dari Tiongkok, BP Batam akan mulai menyusun arah pembangunan Batam menjadi lebih tertata. Semua pembanguna infrastruktur akan diatur agar sesuai dengan konsep pengembangan yang telah direncanakan.

“Misalnya, apa yang jadi patokan jika kita mau mengembangkan Batam. Misalnya kita punya daerah yang strategis, gimana kita mengelola ini supaya pelaku usaha bisa maju dan berkembang,” jelasnya.

Dia menilai konsep pengembangan perdagangan dan logistik dalam wilayah FTZ harusnya mendapat perhatian serius. Dengan konsep tersebut, manfaat fasilitias FTZ bisa dinikmati lebih optimal, karena biaya logistik dan perdagangan yang lebih murah.

Menurut Angga, fasiltias FTZ Batam belum dimanfaatkan dengan optimal untuk membangun sistem perdagangan. Batam langsung memfokuskan diri untuk mengembangkan Industri manufaktur.

Sementera pembangunan platform untuk mendukung aktifitas perdagangan dan logistik tak jadi perhatian utama. Karena lupa membangun infrastruktur logistik dan sistem perdagangan, alhasil biaya input dan output barang yang dihasilkan industri di Batam menjadi mahal.

Kondisi ini membuat industri Batam tak kokoh. Beberapa industri yang sensitif terhadap biaya logistik akhirnya pindah dari Batam. Industri yang mampu bertahan adalah yang memiliki nilai produk cukup tinggi, sehinga biaya logistik masih bisa diserap.

Saat ini biaya logistik di Batam memang sangat mahal. Sejumlah pengusaha dari Tiongkok pernah bertanya kepada Angga terkait hal itu. Dia memaparkan, saat ini ekspor produk industri Batam harus melalui Singapura. Biaya pengiriman ke Singapura Biayanya sekitar USD 550/ box.

Menteri PAN-RB Syarifuddin mendorong BP Batam untuk mulai memperluas referensi pengembangan kawasan Batam. Selain berfokus kepada Singapura, BP Batam diminta belajar dari sejumlah kawasan lain yang sudah berhasil.

“Jangan selalu hanya melihat ke Singapura. Batam harus mulai melirik tempat lain” ujarnya.

Ada sejumlah kawasan yang bisa dijadikan referensi pengembangan oleh Batam. Seperti Dubai, Hongkong, Shenzhen dan Abudabi. Masing-masing kawasan tersebut punya karakteristik unik yang bisa disadur oleh BP Batam.

“BP Batam harus mengembangkan mainset berfikirnya untuk membangun Batam sesuai cita-cita bersama,” jelasnya.Batam memiliki daya tarik signifikan untuk menjadi destinasi investasi. Karena Batam adalah titik silang strategis antara 2 benua dan 2 samudra. Ada sekitar 60 ribu kapal yang lewat di selat malaka setiap tahunnya. Angka ini akan trus bertumbuh positif.

Sayangnya pertumbuhan ekonomi Batam hanya 4,5 persen. Padahal pada dekade tahun 1990an pertumbuhan ekonomi Batam bisa mencapai 17 persen pertahun. Batam dianggap sebagai tempat yang menyediakan semua fasilitas bagi berbagai tujuan investasi dan pariwisata.

“Batam itu tempat menikmati wisata, hiburan, belanja dan pertemuan para investor. Pertumbuhan ekonomi Batam sangat progresif sampai awal krisis tahun 1999,” jelasnya.

Penyempurnaan konsep pembangunan Batam akan membawa pertumbuhan ekonomi di Batam meningka pesat. Hal ini sesuai dengan cita-cita pemerintah untuk mendorong Batam menjadi pintu gerbang masuknya investasi asing ke kawasan lain di Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Rustam Agus

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper