Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bulog Percepat Penyaluran Suplai Beras ke Gudang Regional

Perum Bulog mempercepat penyaluran suplai beras hasil serapan dalam negeri maupun luar negeri ke gudang milik divisi regional yang dianggap masih memiliki ruang.
Pekerja membersihkan gudang beras Bulog Divre Sulselbar di Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (13/6/2016)./JIBI-Paulus Tandi Bone
Pekerja membersihkan gudang beras Bulog Divre Sulselbar di Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (13/6/2016)./JIBI-Paulus Tandi Bone

Bisnis.com, JAKARTA—Perum Bulog mempercepat penyaluran suplai beras hasil serapan dalam negeri maupun luar negeri ke gudang milik divisi regional yang dianggap masih memiliki ruang.

Direktur Operasional dan Pelayanan Publik Tri Wahyudi Saleh menjelaskan pada minggu ini Perum Bulog memiliki ruang untuk menyimpan beras hasil impor maupun serapan dalam negeri. Adapun perihal Bulog menyewa gudang TNI-AU hanya pada daerah tertentu saja.

“Terkait dengan gudang Bulog yang yang perlu sewa dan pinjam gudang milik TNI adalah di gudang Bulog sebagai main port atau pelabuhan tujuan beras impor seperti di Tanjung Priok di Jakarta, Tanjung Perak Surabaya, Pelabuhan Belawan, dan Pelabuhan Kalianda Lampung,” katanya kepada Bisnis pada Selasa (18/9).

Tri menjelaskan bahwa gudang TNI yang disewa oleh perusahaan plat merah tersebut untuk berjaga-jaga atau sebagai alternatif untuk beras impor yang akan masuk apabila gudang tidak mencukupi di gudang pelabuhan utama.

Namun, Tri pun mengakui bahwa gudang-gudang penyewaan mulai penuh maka sebab itu beras impor yang telah tiba segera disalurkan ke gudang-gudang di divisi regional yang masih kosong. “Misalnya itu yang di Tanjung Priuk segera kami oper ke Karawang atau di Tanjung Perak segera didistribusikan ke Lamongan,” katanya.

Tri mengatakan beberapa gudang di daerah masih dapat menampung beras yang akan masuk. Namun dia menegaskan gudang Perum Bulog yang di daerah saat ini dipersiapkan khusus untuk penyerapan gabah dan beras dalam negeri.

Adapun serapan Bulog sampai dengan akhir musim panen, katanya, berkisar di angka 4.000 ton per hari. Dia optimistis gudang Bulog masih dapat menampung untuk serapan dalam negeri.

Sebelumnya, Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso dalam rapat dengar pendapat umum (RDPU) bersama Komisi IV DPR mengatakan di atas kertas kemampuan gudang perusahaannya memcapai 3,9 juta ton, tapi secara riil kemampuan gudangnya hanya sebesar 2,4 juta ton.

"Banyak gudang kita yang rusak. Dengan stok sekarang yang hampir 2,4 juta ditambah dengan serapan yang terus masuk berarti ada beras yang tidak bisa kita tampung. Saat ini kami berusaha cari gudang [tambahan]," katanya pada Kamis (13/9).

Buwas, begitu dia disapa, mengatakan sampai meminjam gudang TNI-AU untuk menampung beras cadangan pemerintah. Bahkan dia mengindikasikan akan menggunakan hanggar TNI-AU untuk  menyimpan beras yang akan datang.

Budi mengatakan pihaknya sudah mengadakan operasi pasar dengan menggelontorkan cadangan beras agar bisa menstabilkan harga di lapangan. "Beras diisukan naik harganya, kami lakukan operasi pasar. Masalahnya tidak terserap beras operasi pasarnya. Hasil rakortas, bulog ditugaskan suplai 25.000 ton tiap hari, tapi belum ada yang serap."

Terpisah, Ketua Umum Asosiasi Bank Benih Tani Indonesia (AB2TI) Dwi Andreas Santosa menyimpulkan penyaluran beras yang rendah menjadi biang keladi penuhnya gudang Perum Bulog.

Dwi mengatakan di atas kertas kapasitas gudang Bulog sekitar 4 juta ton harusnya dengan stok beras perusahaan yang mencapai 2,4 juta ton harusnya aman-aman saja. Namun karena ada yang rusak, tidak dapat dipungkiri gudang perusahaan plat merah itu sudah sesak.

“Memang kalau dari sisi penyaluran relatif rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya karena peran bulog melalui Public Service Obligation sangat rendah. Antara Januari – Agustus penyaluran per bulan hanya 111.000 ton atau totalnya 888.000 ton,” katanya kepada Bisnis, Senin (18/9).

Menurutnya di saat seperti ini, Perum Bulog harus bersikap kreatif untuk dapat menyalurkan berasnya. Pasalnya, BUMN pangan itu sudah kehilangan penugasan penyaluran beras sejahtera (rastra) 230.000 ton per bulan yang digantikan dengan Bantuan Pangan Non Tunai [BPNT].

Selama Perum Bulog masih mengandalkan penugasan sebagai PSO untuk menyalurkan beras maka mereka akan tertinggal dengan pemain yang lain. “Ini masa transisi yang baik dimana Bulog harus merombak paradigma.”

Demi bisa meningkatkan saluran atau sisi komersial, Dwi menyarankan agar Perum Bulog memperkuat sisi sumber daya manusia. Selama ini SDM Perum Bulog di daerah hanya digunakan untuk penyerapan beras petani dan menyalurkan lewat PSO.

“Itu harus dibalik total karena mereka harus masuk sisi komersial. SDM perlu berubah dan Bulog amat sangat mampu. Pedagang beras besar ya Bulog masa kalah sama yang kecil,” katanya.

Selain itu dia juga menentang keras upaya pemerintah yang berusaha menekan harga beras lewat operasi pasar yang dilakukan oleh Bulog.

Petani, katanya, saat ini masih panen walaupun kecil dan sedang terjadi penurunan produksi akibat kekeringan maka biarkanlah petani mendapatkan kompensasi dengan harga yang lebih baik. “Nanti sebentar lagi panen [selesai]. Baru silahkan kalau mau operasi besar-besaran,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper