Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kemarau Panjang, Waspadai Kenaikan Harga Pangan

Menghadapi musim kemarau yang lebih panjang, pemerintah diharapkan dapat menjaga keamanan rantai pasok komoditas pangan.
Karyawati melihat harga-harga produk pangan pada layar Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional seusai diluncurkan di Jakarta, Senin (12/6)./JIBI-Dwi Prasetya
Karyawati melihat harga-harga produk pangan pada layar Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional seusai diluncurkan di Jakarta, Senin (12/6)./JIBI-Dwi Prasetya

Bisnis.com, JAKARTA — Menghadapi musim kemarau yang lebih panjang, pemerintah diharapkan dapat menjaga keamanan rantai pasok komoditas pangan.

Ketua Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) Abdullah Mansuri mengatakan, tren kenaikan harga di musim kemarau sudah dapat diprediksi. Namun, dengan kondisi kemarau yang lebih ekstrem tahun ini, dampak kenaikan harga bisa lebih signifikan.

"Itu hukum ekonomi, pasti sangat mengganggu produksi dan harga, pemerintah harus lebih bersiap-siap," katanya kepada Bisnis.com, Senin (6/8/2018).

Dia mengatakan, setiap tahun pemerintah selalu kurang responsif dalam mengindahkan rambu-rambu yang diberikan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Padahal, waktu bercocok tanam petani harusnya mengikuti kajian cuaca yang BMKG.

"Kementerian Pertanian harusnya sudah memberikan sosialisasi kepada masyarakat untuk hal ini, tapi kami tidak tahu apa itu diteruskan kepada petani," katanya.

Abdullah menjelaskan, kenaikan harga pada musim kemarau tahun lalu relatif terjaga. Hal tersebut dikarenakan kenaikan harga dibarengi dengan turunnya daya beli masyarakat, sehingga kenaikan tidak begitu signifikan.

Namun, harga bawang dan cabe tahun lalu naik cukup signifikan, yang mana harganya melebihi 60.000 per kg.

Ketua Umum Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia (AB2TI) Dwi Andreas Santosa mengatakan, musim kemarau sebenarnya telah dimulai sejak Juli, saat kelembaban lebih rendah, curah hujan lebih rendah, dan suhu lebih tinggi dari Juli tahun lalu.

Indikator-indikartor tersebut, katanya, sangat berpengaruh pada produktifitas tanaman pangan Indonesia. Bahkan, kekeringan tahun ini akan lebih banyak berpengaruh pada komoditas pangan di pulau jawa, yang mana jumlah pasokannya mencapai lebih dari 50%.

"Di beberapa tempat bencana kekeringan terjadi luar biasa, di Lamongan penurunan produksi mencapai 60%, dan beberapa tempat menaglami penurunan hingga 30%," katanya.

Menanggapi hal tersebut, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Kementerian Koordinator Bidang perekonomian Musdhalifah Machmud mengatakan, pemerintah sudah bersiap-siap menghadapi musim kemarau.

“Kita memang harus mengantispasinya dengan lebih baik, tetapi hal tersebut sudah dapat diprediksi, karena terjadi setiap tahun, dan tidak akan begitu signifikan,” katanya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : M. Richard

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper