Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Produksi Telur di Sumsel Susut 100 Ton

Harga telur ayam pada sejumlah pasar tradisonal di Palembang terus mengalami peningkatan. Kondisi ini diakibatkan produksinya yang mengalami penyusutan sejak dua dua bulan terakhir.
Pedagang menata telur/Antara-Sigid Kurniawan
Pedagang menata telur/Antara-Sigid Kurniawan

Bisnis.com, PALEMBANG -- Harga telur ayam pada sejumlah pasar tradisonal di Palembang terus mengalami peningkatan. Kondisi ini diakibatkan produksinya yang mengalami penyusutan sejak dua dua bulan terakhir.

Seperti diakui Sumarni, salah seorang pedagang bahan pokok di Pasar Satelit, Sako Palembang. Menurutnya, tingginya harga telur di tingkat pedagang karena harus menyesuaikan harga beli dari agen.

"Kini agen menjual rata-rata Rp23.000--Rp24.000 per kilogram. Padahal normalnya sekitar Rp19.000--Rp20.000 per kg," katanya, Senin (16/7).

Dengan kondisi seperti itu, kata dia, rata-rata pedagang kini menjual telur ayam berkisar Rp25.000--Rp26.000 per kg. Selain itu, pasokan yang bisa diterima pedagang juga jauh menurun.

"Kalau biasanya per 3 hari bisa terima 5-8 peti dengan isi 100 butir per peti, kini hanya dapat separuhnya saja," katanya.

Ketua Asosiasi Masyarakat Perunggasan Sumsel (AMPS), Ismaidi mengatakan, saat ini produksi telur dari peternak di Sumsel rata-rata hanya sekitar 150 ton per hari, padahal normalnya mencapai 250 ton. Kondisi ini sudah berlangsung sejak dua bulan terakhir.

"Cuaca yang sangat panas dengan suhu berkisar 33-34 derajat celcius membuat ayam petelur sulit produksi. Hal ini juga mempengaruhi pertumbuhan ayam," katanya.

Dia menjelaskan, kini harga telur ayam di kandang dilepas dengan harga Rp22.000 per kg. Padahal normalnya hanya sekitar Rp16.000.

"Kondisi serupa juga terjadi dengan ayam potong," katanya, terlebih kandang peternak di Sumsel kebanyakan terbuka. Sehingga dengan cuaca seperti ini ayam rentan terserang penyakit dan mudah mati.

Sementara itu, Kepala Dinas Perdagangan Provinsi Sumsel, Yustianus mengatakan, tingginya harga telur tersebut karena banyak peternak ayam petelur gagal produksi.

"Konsumsi telur di Sumsel mencapai 150 ton per hari. Tapi kini jumlahnya hampir sama dengan produksi dari peternak, namun peternak di Sumsel juga menyuplai ke daerah lain, seperti Bengkulu, Bangka Belitung, hingga Jakarta," katanya.

Dia menambahkan, jumlah ayam petelur di Sumsel tercatat sekitar 7 juta ekor. Namun, karena faktor cuaca yang terlalu panas membuat produksi peternak jauh berkurang.

"Kondisi ini tidak hanya terjadi di Sumsel. Hampir di seluruh Indonesia. Maka dari itu, kami juga berharap agar Pemerintah Pusat turun tangan untuk membantu mencarikan jalan keluarnya," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dinda Wulandari
Editor : Rustam Agus

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper