Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

EVAKUASI KAPAL TENGGELAM: Saat Robot BPPT Terlilit Tali KM Sinar Bangun di Dasar Danau Toba

Setelah berhasil mengidentifikasi jenazah korban penumpang KM Sinar Bangun di dasar Danau Toba, Sumatera Utara, robot terlilit tali KM Sinar Bangun.
Ilustrasi: Remotely Operated Vehicle - Seaeye Falcon/youtube-commercialdiving
Ilustrasi: Remotely Operated Vehicle - Seaeye Falcon/youtube-commercialdiving

Bisnis.com, BANDUNG - Upaya evakuasi atas KM Sinar Bangun yang tenggelam di Danau Toba Sumatra Utara melibat robot bawah air milih BPPT.

Dalam proses evakuasi itu, ternyata alat ROV (Remotely Operated Vehicle), alias robot bawah air milik Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi tersebut mengalami kendala.

Setelah berhasil mengidentifikasi jenazah korban penumpang KM Sinar Bangun di dasar Danau Toba, Sumatera Utara, robot terlilit tali KM Sinar Bangun.

Walhasil, robot itu kini terbenam karena tidak bisa diangkat lagi ke permukaan. "Tim masih berupaya melepaskan lilitan tali itu," kata Henky Suharto, Jumat siang, (29/6/2018).

Direktur PT Mahakarya Geo Survey itu ikut mengorganisasi beberapa instansi dalam misi pencarian, seperti BPPT, Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas), dan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU), dan Kementerian Koordinator bidang Kemaritiman.

Menurut Henky, ROV yang digunakan bertipe kelas untuk observasi. Berbobot 1.500 kilogram, robot tersebut sanggup menyelam hingga kedalaman seribu meter. "Alat ROV jenis itu biasa digunakan untuk survei di bawah perairan," katanya. Tugas utamanya memberikan citra di bawah air dengan kedalaman yang sulit dijangkau penyelam.

ROV Sea Eye Falcon itu, kata Henky, buatan pabrikan di Inggris. Ukuran dan bentuknya seperti mesin generator set (genset). Pengendalinya pilot di atas permukaan air atau di kapal dengan sambungan kabel sepanjang 1.200 meter.

Di dalam air, ROV bisa diarahkan untuk menangkap citra obyek berupa gambar video dan foto dengan penerangan lampu. Dalam kondisi tersangkut, alat sementara dimatikan sambil menunggu rencana evakuasi.

"Risiko alat dalam kondisi ini dapat menyebabkan cable umbilical putus dan tertinggal di dasar danau," kata Henky.

Solusinya, posisi kapal harus dijaga agar optimal menjaga tension dengan ROV umbilical. "Tidak boleh sampai terlalu tegang yang bisa menyebabkan umbilical putus dan ROV hilang," katanya.

Kamis, tim gabungan Basarnas mendapat visualisasi beberapa jenazah, sepeda motor dan lain lain. Beberapa di antaranya dalam posisi setengah terpendam material lumpur. Adapun KM Sinar Bangun, kata Henky, belum terlihat jelas pada misi penyelaman ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : JIBI
Editor : Saeno
Sumber : TEMPO.CO
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper