Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ramadan & Lebaran, Inflasi Diharapkan Terjaga di Tengah Potensi Tantangan

Bank Indonesia memprediksi tantangan inflasi selama Ramadhan dan Idulfitri akan cukup berat mengingat konsumsi masyarakat yang diprediksi akan mengalami peningkatan seperti tahun-tahun sebelumnya.
Ilustrasi: Buruh wanita membersihkan bawang merah. Komoditas ini berpotensi memicu inflasi saat Ramadan seiring dengan peningkatan konsumsinya./Antara-Oky Lukmansyah
Ilustrasi: Buruh wanita membersihkan bawang merah. Komoditas ini berpotensi memicu inflasi saat Ramadan seiring dengan peningkatan konsumsinya./Antara-Oky Lukmansyah

Bisnis.com, MEDAN - Bank Indonesia memprediksi tantangan inflasi selama Ramadhan dan Idulfitri akan cukup berat mengingat konsumsi masyarakat yang diprediksi akan mengalami peningkatan seperti tahun-tahun sebelumnya.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatra Utara Arief Budi Santoso angka inflasi year to date (1 Januari-31 April) Sumatra Utara saat ini masih tercatat 0,43%, lebih rendah dibandingkan dengan inflasi nasional yang 1,09%.

Namun, menurutnya, pada Mei dan Juni nanti, angka ini berpotensi meningkat didorong oleh semakin besarnya belanja masyarakat guna memenuhi kebutuhan selama Puasa dan Lebaran nanti.

“Sampai April ini masih rendah, tetapi di Mei dan Juni inflasi mendapat tantangan yang cukup berat mengingat biasanya menjelang Puasa/Lebaran ada tekanan harga khususnya di harga bahan makanan,” kata Arief, Jumat (11/5/2018).

Dia melanjutkan, berdasarkan pengalaman angka inflasi pada Puasa dan Lebaran tahun lalu menjadi yang terendah dalan 4 tahun terakhir. Adapun angka inflasi pada Puasa dan Lebaran tahun tahun sebelumnya sejak 2014 hingga 2017 secara berturut-turut 1,3%; 1,6%; 0,9%; dan 0,3%.

Menurutnya, rendahnya angka inflasi di 2017 ini didorong oleh sejumlah faktor dan keadaan ini diharapkan bisa bertahan tahun ini. Selain peningkatan konsumsi, katanya, sejumlah hal yang turut mendorong inflasi antara lain produksi dalam hal penyediaan komoditas atau barang konsumsi dalam jumlah yang cukup dan distribusi barang dalam artian pemantauan kemudahan dan kelancaran distribusi.

Terkait hal ini, pangan dinilai berkontribusi besar, khususnya dalam menjaga distribusi barang dan ketersediaan bahan pangan di pasar dengan memastikan tidak adanya tindak penimbunan atau mark-up harga oleh pihak-pihak tertentu.

Sementara itu, dari sisi konsumsi, Arief mengimbau agar masyarakat tidak panik dan melakukan aksi borong kebutuhan.

“Disperindag, Bulog stoknya terjaga, oleh karena itu kepada masyarakat tidak perlu khawatir dan tidak perlu memborong karena takut kehilangan barang,” imbaunya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper